Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Republik Indonesia
Jusuf Kalla menyebut
harga komoditas yang terus menanjak pada tahun ini dapat mendongkrak
pertumbuhan ekonomi sesuai target mencapai 5,4 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dua tahun terakhir sekitar lima persen, tahun ini 5,4 persen semoga tercapai," kata Jusuf Kalla, Selasa (24/4).
Komoditas yang mengalami kenaikan harga, yakni batu bara, minyak sawit mentah
(Crude Palm Oil/CPO) dan minyak dunia. Seperti diketahui, harga batu bara memang mulai menanjak sejak akhir tahun lalu dan sempat menembus hingga US$100 per metrik ton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun ini, harga batu bara terpantau terus bergerak fluktuatif tapi tetap stabil di atas US$50 per metrik ton. Untuk bulan ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) sebesar US$94,75 per metrik ton.
Sementara, harga minyak dunia akhir-akhir ini juga melonjak dipengaruhi aksi militer Amerika Serikat (AS) ke Suriah. Pada penutupan tadi malam, harga minyak mentah berjangka Brent naik 0,9 persen menjadi US$74,71 per barel dan harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) menguat menjadi US$68,64 per barel.
"Sekarang sudah berubah, harga komoditas sudah naik. Maka Indonesia punya kesempatan untuk maju," kata Jusuf Kalla.
Lebih lanjut, ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada dalam rentang menengah. Kendati demikian, hal itu dipandang positif karena mempermudah ekonomi Indonesia untuk tumbuh lebih tinggi.
"Kalau pertumbuhan ekonomi sudah tujuh sampai delapan persen itu sulit," tegas Jusuf Kalla.
Ia menambahkan, peluang pertumbuhan ekonomi dalam negeri ini juga dipengaruhi oleh jumlah investasi di Indonesia. Jusuf Kalla berharap dengan kemudahan berinvestasi yang terus dilakukan pemerintah dapat menarik lebih banyak investor, baik dari lokal dan asing.
"Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sudah memperbaiki dengan hanya sebelumnya berbicara berapa minggu sekarang hanya berbicara berapa jam, itu semua bisa diperbaiki karena juga di sini tentu hubungannya dengan pekerjaan," papar Jusuf Kalla.
(agi)