Pengamat: Dorong Daya Beli Masyarakat Bawah Saja Tak Cukup

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Rabu, 25 Apr 2018 11:11 WIB
Ekonom menilai pemerintah konsentrasi mendongkrak daya beli masyarakat bawah, namun melupakan stimulus untuk masyarakat menengah ke atas.
Ilustrasi daya beli masyarakat. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Center of Reform on Economy (CORE) menilai pemerintah konsentrasi mendongkrak daya beli masyarakat bawah melalui berbagai program bantuan sosial (bansos). Namun, pemerintah agaknya abai memberi stimulus bagi masyarakat kalangan menengah ke atas yang daya belinya belum pulih.

Ekonom CORE Mohammad Faisal mengatakan hal ini membuat struktur daya beli masyarakat belum pulih secara menyeluruh karena kalangan menengah ke atas masih enggan melakukan konsumsi dan lebih memilih mengendapkan uang yang dimilikinya di tabungan bank.

"Dengan mendorong daya beli masyarakat golongan bawah saja tidak cukup, karena yang atas rupanya belum optimis dan terindikasi bahwa masyarakat masih tahan belanja," tutur Faisal, Selasa (24/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Lebih lanjut data CORE menyebut bahwa tren proporsi tabungan secara keseluruhan kian meningkat, sedangkan proporsi konsumsi semakin menurun. "Artinya, kecenderungan menahan belanja masih sama sejak kurang lebih satu tahun terakhir," imbuh dia.

Selain itu, belum bergairahnya daya beli masyarakat kalangan menengah ke atas tercermin dari tingkat keyakinan masyarakat kalangan menengah ke atas yang hanya tumbuh satu persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan tingkat keyakinan masyarakat kalangan bawah yang disebutnya sudah meningkat hingga 10 persen.

"Bansos untuk masyarakat miskin itu bagus untuk jaga daya beli, tapi bagaimana dengan yang atas-atas?" jelasnya.


Indikator lain, sambung dia, yakni penjualan kendaraan bermotor. Penjualan kendaraan roda dua sudah mulai pulih, namun penjualan kendaraan roda empat belum beranjak dari posisi akhirnya.

"Komponen penjualan ritel lain, seperti peralatan komunikasi misalnya smartphone, peralatan rumah tangga, makanan dan minuman, aksesoris, sandang, itu sebenarnya masih turun juga," terang Faisal.

Karenanya, ia menilai pemerintah sudah saatnya turut memberikan stimulus bagi masyarakat kalangan menengah ke atas agar daya belinya juga pulih seperti halnya masyarakat bawah.


Bila tidak dipulihkan secara menyeluruh, maka kontribusi indikator konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi tidak akan bergairah. Bahkan, bisa berada di bawah pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2017 yang berada di angka 4,95 persen.

Menurut Faisal, pemerintah dapat memberikan stimulus bagi daya beli masyarakat kalangan menengah ke atas dengan memberikan kepastian pajak. Selama ini tak dapat dipungkiri, kebijakan pajak kian ketat lantaran penerimaan pajak yang meningkat cukup tinggi pada tahun ini.

"Pajak penghasilan boleh saja progresif untuk menekan gap antara yang kaya dan miskin, tapi memang perlu dilihat kembali bagaimana cara dan target dari pemerintah itu. Beri juga kepastian pajak untuk yang menengah ke atas," pungkasnya. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER