AS Keluar dari Kesepatan Nuklir Iran, Harga Minyak Bergejolak

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Rabu, 09 Mei 2018 06:56 WIB
Harga minyak berjangka Brent turun 1,7 persen menjadi US$74,85 per barel, sedangkan harga minyak berjangka AS WTI merosot 2,4 persen menjadi 69,06 per barel.
Harga minyak berjangka Brent turun 1,7 persen menjadi US$74,85 per barel, sedangkan harga minyak berjangka AS WTI merosot 2,4 persen menjadi 69,06 per barel. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia turun pada penutupan perdagangan Selasa (8/5), waktu Amerika Serikat (AS). Setelah sempat jatuh sekitar empat persen selama sesi perdagangan berlangsung, penurunan harga minyak tertahan usai Presiden AS Donald Trump memastikan bahwa AS bakal keluar dari kesepakatan nuklir Iran.

Dilansir dari Reuters, Rabu (9/5), harga minyak mentah berjangka Brent merosot 1,7 persen menjadi US$74,85 per barel. Sementara, harga minyak berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) tertekan lebih dalam sebesar 2,4 persen menjadi 69,06 per barel.

Di awal sesi perdagangan, harga minyak dunia sempat terperosok sekitar empat persen. Harga Brent sempat melorot ke level US$73,1 per barel dan WTI US$67,63 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu disebabkan oleh laporan berbagai media yang menimbulkan keraguan bahwa Trump akan keluar dari kesepakatan nuklir Iran seperti ekspektasi kebanyakan pelaku pasar.

Namun, Harga Brent sempat melaju ke arah positif setelah Trump menyatakan AS bakal keluar dari kesepakatan internasional yang disepakati pada 2015 lalu itu. Selanjutnya, AS akan merancang sanksi baru terhadap Iran.


Iran memproduksi minyak mentah sekitar 3,8 juta barel per hari (bph) dan merupakan eksportir ketiga terbesar dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) setelah Arab Saudi dan Irak. Produksi minyak mentah Iran setara dengan empat persen pasokan minyak mentah global.

"Sebagai investor di sektor energi, Trump telah mengatakan segala sesuatu yang seorang investor mungkin menginginkan untuk dia (Trump) mengatakannya," ujar Manajer Portfolio Senior Ninepoint Partners Eric Nuttall di Toronto.

Menurut Nuttall, keputusan Trump memberikan keyakinan kepada investor bahwa bakal ada pengurangan pergerakan pasokan minyak di dunia. Keputusan tersebut juga mengancam ambisi jangka menengah dan jangka panjang Iran yang ingin meningkatkan produksi dan kapasitasnya.

Harga minyak dunia selama bulan lalu telah ditopang oleh ekspektasi bahwa Trump akan keluar dari kesepatan nuklir Iran yang akan menghantam ekspor minyak mentah Iran dan memperbesar tensi geopolitik di Timur Tengah.


Sejak pembebasan sanksi pada 2015 lalu, ekspor minyak mentah Iran telah meningkat menjadi 2,5 juta bph dari sebelumnya kurang dari satu juta bph.

Dalam catatan Goldman Sachs, kemungkinan kembalinya ekspor Iran ke level 1 juta bph masih belum jelas.

Saat ini, sebagian besar ekspor minyak Iran dikirimkan ke Asia. Sekitar 600 ribu bph diantaranya dikirimkan ke Eropa. Pelaku pasar juga menyatakan bahwa harga minyak juga mendapatkan tekanan dari penguatan kurs dolar AS melawan sekeranjang mata uang dunia.

"Jika dolar terus mengalami reli, kenaikan harga karena keputusan Trump terkait kesepakatan Iran hanya akan berlangsung sejenak karena risiko lebih bsar adalah risiko dari dolar,"ujar Analis Teknis ICAP-TA Brian LaRose.


Sementara, Badan Administrasi Informasi Energi AS memperkirakan produksi minyak AS bakal naik sekitar 1,14 juta bph menjadi 11,86 juta bph tahun depan.

Pekan lalu, persediaan minyak mentah AS diramal bakal menurun setelah naik selama dua pekan berturt-turut.

Adapun volume perdagangan kontrak Brent dan WTI naik dengan 1,2 juta juta kontrak awal bulan WTI dan 507 ribu kontrak Brent yang berpindah tangan. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER