Bank Muamalat Tambah Opsi Tukar Aset Demi Perkuat Modal

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Jumat, 11 Mei 2018 14:51 WIB
Selain penyertaan modal langsung, Bank Muamalat membuka kemungkinan penerbitan sukuk subordinasi dan penukaran aset (aset swap) untuk memperkuat permodalan.
Selain penyertaan modal langsung, Bank Muamalat membuka kemungkinan penerbitan sukuk subordinasi dan penukaran aset (aset swap) untuk memperkuat permodalan. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mengaku memiliki sejumlah skema yang dapat digunakan untuk meningkatkan rasio kecukupan modal (Capital to Adequaty Ratio/CAR) perseroan. Selain penyertaan modal langsung, Bank Muamalat membuka kemungkinan penerbitan sukuk subordinasi dan penukaran aset (aset swap).

Direktur Utama Bank Muamalat Achmad Kusna Permana menjelaskan bahwa investor dapat menyuntikkan modal langsung ke bank, seperti yang sudah pernah ditawarkan ke PT Minna Padi Investama tetapi dibatalkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Suntikan modal tersebut, dapat dilakukan investor secara langsung maupun bertahap. 

Minna Padi sebelumnya berencana menambah modal pada Bank Muamalat, bahkan telah menyetorkan dana 'tanda jadi' sebesar Rp1,7 triliun yang ditempatkan di rekening escrow. Escrow merupakan perjanjian legal ketika sebuah barang (umumnya berupa uang) disimpan oleh pihak ketiga sementara sambil menunggu isi kontrak terpenuhi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati rencana batal, dana tersebut ternyata sempat diperhitungkan sebagai modal inti Bank Muamalat. Alhasil modal inti Bank Muamalat di akhir tahun lalu melejit Rp1,66 triliun menjadi Rp4,99 triliun. CAR perseroan pun tercatat sebesar 13,62 persen.

Namun, seiring perjanjian yang batal, dana tersebut harus dikembalikan. Berdasarkan perhitungan kasar CNNIndonesia.com, CAR Bank Muamalat pada akhir 2017 hanya sebesar 9,22 persen jika tanpa memperhitungkan setoran modal Mina Padi.

Adapun melalui skema penambahan modal langsung, investor yang menyuntikkan dana berpotensi menjadi pemegang saham mayoritas. Di sisi lain, investor lainnya bakal mengalami delusi atau penurunan kepemilikan saham oleh investor lama (eksisting).

"Dengan skema ini, nantinya akan terdelusi (kepemilikan saham investor lama), siapa pun investornya, katakan memberikan 50 persen (porsi saham), itu akan otomatis terdelusi. Dengan menjadi pemegang saham mayoritas, nanti semua akan mengikuti," ujar Permana di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pertengahan minggu ini.

Selain suntikan modal langsung, penambahan modal juga dapat dilakukan perseroan melalui penerbitan sukuk subordinasi dan penukaran aset (aset swap). Berbeda dengan penambahan modal langsung yang diperhitungkan sebagai modal inti (tier 1), penerbitan sukuk subordinasi masuk dalam modal pelengkap (tier 2).


Penukaran aset dapat dilakukan antara aset baik milik Investor dengan aset yang kurang baik miliki perseroan.

"Itu akan mengurangi aset tertimbang rata-rata, sehingga akan mengimprove kami punya Capital Adequacy Ratio (rasio permodalan). Ini bisa bank, bisa juga konsorsium," terangnya.

Investor yang berminat pada Bank Muamalat nantinya dapat menambah modal perseroan dengan mengkombinasikan beberapa skema. Misalnya, penambahan modal langsung diiringi pembelian surat berharga atau penyuntikkan modal langsung diiringi dengan penukaran aset.

"Bisa juga dikombinasikan, tapi kombinasi ini tergantung pada yang mau masuk. Kami tidak prefer (cenderung memilih) yang mana pun, karena bagi saya keduanya bisa membantu (peningkatan modal Bank Muamalat)," katanya.


Sementara, berdasarkan tinjauan OJK, Permana bilang, regulator memberikan keleluasaan kepada bank untuk menentukan skema penawaran mana yang harus diambil. Pasalnya, kesepakatan skema penawaran merupakan keputusan dari pemegang saham dan investor.

Dengan begitu, regulator hanya akan memfasilitasi ketika kesepakatan itu telah diambil, sembari OJK mengkaji kembali apakah rencana itu efektif meningkatkan kinerja Bank Muamalat ke depan.

"Otoritas nanti hanya akan memastikan siapa investor yang akan masuk. Dia punya manajemen, kapasitas, dan kapabiltas seperti apa untuk mengembangkan bank," imbuhnya.

Di sisi lain, terkait kemajuan penjajakan dengan investor, Permana masih enggan menyebut dua calon investor yang tengah melakukan penjajakan. Hanya saja, ia memberitahu bahwa investor tersebut berasal dari dalam dan luar negeri.

Untuk investor domestik, sebelumnya sempat beredar kabar bahwa bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan menjadi 'penyelemat' Bank Muamalat. Salah satunya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI yang sempat mengaku bahwa bank tengah mengkaji rencana itu.

Namun, Permana enggan mengkonfirmasi hal itu. "Itu saya tidak boleh konfirmasi, terjemahkan saja sendiri," ucapnya.


Ia juga masih enggan membuka investor asing yang tertarik membeli saham Bank Muamalat. Namun diperkirakan, investor itu tidak berasal dari investor yang ada saat ini, yaitu The Islamic Development Bank (IDB), The National Bank of Kuwait, Boubyan Bank, hingga Saudi Economic and Development Company (SEDCO).

Pasalnya, IDB sudah menyentuh batas porsi kepemilikan saham di Bank Muamalat. "Dua investor lain, Boubyan dan Bank of Kuwait itu banknya sedang melakukan restrukturisasi. Satu lagi, Sedco itu ikut IDB," tuturnya.

Bersamaan dengan itu, ia juga enggan memberi proyeksi nantinya kepemilikan saham investor mana yang akan dikurangi oleh bank lantaran mendapat penyuntik modal baru. Kendati begitu, ia menargetkan penjajakan dengan investor ini selesai pada semester I 2018.

"Semester I nanti sudah bisa di-disclose (investor yang dipilih). Nanti kuartal III 2018 kami agendakan untuk right issue. Jadi sekarang sudah fokus, tidak banyak pilih lagi, dengan dua investor kami coba serius," tekannya.
(agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER