REKOMENDASI SAHAM

Koleksi Saham Bervaluasi Murah yang Jadi Incaran Pelaku Pasar

Dinda Audriene Mutmainah | CNN Indonesia
Senin, 28 Mei 2018 09:19 WIB
Analis menilai saham-saham bervaluasi murah yang jadi incaran pelaku pasar bisa dikoleksi untuk memanfaatkan peluang dari aliran dana asing yang masuk.
Analis menilai saham-saham bervaluasi murah yang jadi incaran pelaku pasar bisa dikoleksi untuk memanfaatkan peluang dari aliran dana asing yang masuk. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan).
Jakarta, CNN Indonesia -- Aliran dana asing yang masuk (capital inflow) ke pasar modal boleh dilihat sebagai lampu hijau bagi pelaku pasar untuk mengoleksi kembali sebagian saham.
Dalam kondisi saat ini, pelaku pasar harus sedikit lebih bijak dan melirik saham-saham dengan valuasi lebih murah.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menyebut saham berbasis konstruksi, khususnya PT Waskita Karya (Persero) Tbk, merupakan salah satu saham yang diincar pelaku pasar asing.

"Valuasinya juga murah, fundamental oke," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (29/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu cara melihat nilai valuasi saham bisa melalui price earning to ratio (PER). Dengan kata lain, PER dapat menjadi salah satu patokan pelaku pasar untuk menentukan harga wajar saham suatu emiten.


Mengutip RTI Infokom, PER Waskita Karya pada akhir pekan lalu, Jumat (25/5) sebesar 5,18 kali. Sementara, harga saham emiten berkode WSKT tersebut pada Jumat lalu bergerak stagnan di level Rp2.320 per saham.

Dari sisi kinerjanya, perusahaan konstruksi pelat merah ini membukukan pertumbuhan laba bersih dan pendapatan pada kuartal I 2018.

Tercatat, pendapatan perusahaan melonjak 68,57 persen menjadi Rp12,39 triliun dari hanya Rp7,35 triliun. Walhasil, laba perusahaan ikut terkerek hingga 313,44 persen dari Rp367 miliar menjadi sebesar Rp1,52 triliun.

Selain itu, pelaku pasar juga bisa mencermati saham big cap lainnya, seperti PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.


Pada akhir pekan lalu, PER Telkom dan BRI masing-masing sebesar 15,61 kali dan 13 kali. Meskipun, kinerja kedua emiten BUMN tersebut terbilang biasa-biasa saja.

Sepanjang kuartal I 2018 laba bersih BRI naik 11 persen menjadi Rp7,42 triliun dari Rp6,65 triliun. Kenaikan itu ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga sebesar 6,4 persen dari hanya Rp24,65 triliun jadi sebesar Rp26,23 triliun.

Sementara, meski pendapatan Telkom naik tipis 4,25 persen, tetapi laba bersih perusahaan merosot 14,22 persen, yaitu menjadi Rp5,73 triliun dari Rp6,68 triliun.

"Tapi, animo asing berlanjut pada saham-saham itu, sehingga ini juga bisa jadi fokus pasar," terang Alfred.


Bila aksi beli terus terjadi pada kedua saham itu, maka saham emiten BBRI dan TLKM akan bertahan di teritori positif pada pekan ini.

Akhir pekan lalu, saham BRI ditutup naik 1,96 persen di level Rp3.120 per saham, sedangkan saham Telkom stagnan berakhir di level Rp3.560 per saham.

"Lalu, pelaku pasar juga bisa beli saham lapis kedua (second liner), yaitu PT Krakatau Steel Tbk (KRAS)," katanya.

Sama seperti saham Telkom, harga saham Krakatau Steel juga bergerak stagnan pada akhir pekan lalu di level Rp424 per saham.


Krakatau Steel tercatat masih merugi hingga kuartal I 2018 sebesar US$4,86 juta. Namun, angka kerugian itu sebenarnya turun 76,49 persen dari sebelumnya US$20,7 juta.

Di sisi lain, Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra merekomendasikan saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) untuk pekan ini.

Alasannya, saat ini valuasi saham kedua emiten tersebut terbilang murah karena PER saham keduanya di bawah rata-rata PER tiga tahun terakhir.

Aditya menjabarkan, PER Astra International saat ini berada di level 15,63 kali dan Mitra Adiperkasa di level 22,2 kali. Sementara, rata-rata PER tiga tahun terakhir Astra International di level 19,09 kali.


"Dari sisi trading view ini menarik, secara teknikal bagus dan pelaku pasar asing kembali masuk. Jadi, bisa dilakukan strategi jangka pendek," papar dia.

Ia melanjutkan, secara fundamental Astra International sebenarnya sedang dilanda sentimen negatif berupa penurunan penjualan mobil pada awal tahun ini.

Total penjualan sejak Januari hingga April 2018 hanya mencapai 192.908 unit, turun 8,86 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 211.672 unit.

"Tapi coba harus lihat juga sepanjang kuartal II 2018, kalau ada kenaikan penjualan mobil, maka akan bagus," jelasnya.


Berbanding terbalik, sebagai emiten ritel, penjualan Mitra Adiperkasa tentu akan diuntungkan oleh momen Ramadan dan Lebaran tahun ini. Menurut manajemen Mitra Adiperkasa, penjualan selama Ramadan dan Lebaran bisa meningkat 20 persen dibandingkan bulan biasanya.

"Ditambah lagi, Gubernur Bank Indonesia (BI) yang baru kan pro pertumbuhan ekonomi, jadi terkait daya beli masyarakat," tandasnya. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER