Jakarta, CNN Indonesia -- Pengusaha Indonesia yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri
( Kadin) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia
(Apindo) berharap
perang dagang yang saat ini berkobar antara Amerika dengan
China bisa memberikan dampak besar bagi produk yang mereka hasilkan.
Hariyadi Sukamdani, Ketua Apindo mengatakan ada beberapa celah yang bisa dimanfaatkan pengusaha Indonesia dari perang dagang tersebut. Celah tersebut salah satunya untuk komoditas minyak sawit mentah (CPO).
Asal tahu saja, China saat ini merupakan salah satu negara yang memililiki kebutuhan besar terhadap minyak nabati Amerika. Apindo memperkirakan perang dagang tersebut akan mengubah kebijakan China terhadap impor minyak nabati Amerika.
Mereka akan mencari negara lain yang bisa memenuhi kebutuhan minyak nabati Negeri Tirai Bambu tersebut. Upaya China tersebut salah satunya tercermin dari peningkatan impor CPO sebanyak 500 ribu ton yang mereka sepakati saat Perdana Menteri Li Keqiang bertemu dengan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu sinyal bagus," katanya Sabtu (16/6).
Celah lain juga bisa diisi oleh ampas kelapa sawit dan baja. Perang dagang antara Amerika dengan China bisa memberikan manfaat ke peningkatan kedua komoditas tersebut.
Hariyadi berharap celah tersebut bisa dimanfaatkan. Dia juga meminta pemerintah untuk membantu pengusaha memanfaatkan peluang tersebut dengan mendongkrak daya saing produk lokal.
Rosan Roeslani, Ketua Kadin sementara itu berharap anggota asosiasinya pintar dalam memanfaatkan perang dagang Amerika - China tersebut. Dia berharap pengusaha kreatif mencari celah yang bisa dimanfaatkan dari perang dagang tersebut.
"Pintar dalam melihat komoditasnya," katanya.
Perang dagang Amerika- China semakin menjadi. Terbaru, perang disulut Presiden AS Donald Trump dengan menyetujui penetapan tarif bea masuk pada produk dagang China senilai US$50 miliar.
Tak hanya dengan China, Trump juga semakin bernafsu dalam mengobarkan perang dagang dengan Kanada, Meksiko, dan negara-negara di Uni Eropa.
Gayung bersambut, kobaran perang tersebut dibalas China. Negeri Tirai Bambu tersebut langsung menyiapkan tarif bea masuk tinggi terhadap sekitar 1.000 produk-produk asal AS, terutama produk-produk kedirgantaraan, robotik, manufaktur, dan industri otomotif.
"China tak menginginkan perang dagang. Namun, kami akan segera meluncurkan langkah balasan, menyesuaikan tarif seperti yang telah diluncurkan oleh AS," kata Zhong Shan, Menteri Perdagangan China seperti dikutip dari CNN.com, Sabtu (16/6).
(agt)