Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (
OJK) mengklaim rasio kredit bermasalah
(Nonperforming Loan/NPL) perbankan tak akan terkerek meski
Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 27-28 Juni mendatang.
Ketua Dewan Komisioner Wimboh Santoso mengatakan ekonomi dalam negeri cukup positif ditopang oleh kenaikan sejumlah harga komoditas. Kondisi itu berpotensi membuat perusahaan berbasis komoditas meraup untung lebih tinggi dari sebelumnya.
"(Manajemen perusahaan) bersemangat untuk memproduksi lagi. Bayangin saja kalau harga jualnya meningkat, pasti margin keuntungan besar," papar Wimboh, Jumat (22/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, tren NPL akhir-akhir ini tercatat menurun. Pada Mei 2018, NPL tercatat sebesar 2,6-2,7 persen. Sementara, pada April 2018 mencapai 2,79 persen.
"Trennya sudah menurun sebanyak tiga kali, karena ekonomi kan mulai menggeliat. Harga batu bara sudah mulai meningkat," jelas Wimboh.
Selanjutnya, Wimboh juga memastikan belum akan mengubah target pertumbuhan kredit pada tahun ini sebesar 12 persen. Target tersebut jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu sebesar 8,1 persen.
"Kami punya beberapa pogram di antaranya lebih memfasilitasi bank untuk mendorong pertumbuhan kredit melalui Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)," tuturnya.
Penyaluran kredit, lanjut Wimboh, juga akan fokus di beberapa sektor yang berorientasi ekspor, seperti pariwisata, perikanan, perkebunan, dan pertambangan.
Seperti diketahui, BI berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan usai The Fed menaikkan suku bunga acuan pqda pertengahan bulan ini sebesar 25 basis poin.
Pada Mei 2018, BI tercatat menaikkan dua kali suku bunga acuan atau sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen.
(agi/bir)