Jakarta, CNN Indonesia --
Otoritas Jasa Keuangan meminta industri perbankan memenuhi janjinya untuk tak langsung menaikkan suku bunga kredit dengan cepat, setelah
Bank Indonesia menaikkan bunga acuan menjadi 4,5 persen.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengimbau perbankan untuk meningkatkan efisiensi operasional demi menahan pergerakan bunga kredit perbankan.
"Perbankan memiliki ruang untuk meminimalkan dampak langsung daripada nasabah sehingga nasabah atau debitur tidak terlalu berat," kata Wimboh seperti dikutip Antara, Senin (28/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wimboh juga meminta perbankan untuk melipatgandakan upaya efisiensinya agar biaya dana (cost of fund) menurun. Hal itu terkait dengan sinyal yang diberikan Bank Indonesia bahwa masih terbuka ruang untuk menaikkan kembali suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate (7-DRRR) pada Rapat Dewan Gubernur tambahan, Rabu (30/5) mendatang.
"Maka itu, harus optimalkan teknologi perbankan, salah satunya dengan layanan bank nirkantor (branchless banking)," katanya.
Selain bunga acuan, faktor yang bisa mengerek suku bunga di perbankan adalah kondisi likuiditas yang ketat.
Wimboh mengklaim likuiditas perbankan masih sangat longgar hingga April 2018, sehingga tidak ada alasan untuk menaikkan bunga dana demi menghimpun pendanaan yang melimpah.
Lazimnya, jika suku bunga dana naik, perbankan akan mengompensasi biaya dana yang timbul dengan menaikkan suku bunga kredit.
"Ekses likuiditas hingga April 2018 masih sangat banyak, sebesar Rp618 triliun," katanya.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh 8,06 persen (yoy) per April 2018.
Adapun, rata-rata suku bunga kredit perbankan hingga Maret 2018 sebesar 11,18 persen, sedangkan suku bunga simpanan perbankan dengan tenor 3,6,12 bulan, masing-masing sebesar 5,88 persen, 6,29 persen, dan 6,46 persen.
(antara)