Jakarta, CNN Indonesia -- Perdagangan
pasar modal telah dibuka kembali sejak pertengahan pekan lalu setelah libur panjang Lebaran selama tujuh hari. Pelaku pasar perlu jeli melakukan aksi beli karena
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencatatkan pelemahan sejak pekan lalu.
Dalam hal ini, pelaku pasar bisa melirik saham berbasis pertambangan untuk memperoleh keuntungan dalam hitungan satu pekan atau jangka pendek.
Pasalnya, harga komoditas batu bara masih saja menjadi sentimen positif utama bagi saham pertambangan di sektor batu bara, misalnya PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menjelaskan harga batu bara pada perdagangan terakhir berada di level US$104 per metrik ton. Angka itu sebenarnya turun bila dilihat secara per hari, tetapi naik secara tahunan.
"Harga batu bara tertinggi tiga tahun terakhir," ungkap Edwin kepada
CNNIndonesia.com, Senin (24/6).
Mengingatkan kembali, harga batu bara baru menanjak sejak pertengahan 2016 setelah beberapa tahun sebelumnya tak jauh dari angka US$50 per metrik ton.
Pada Juni 2018, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) sebesar US$96,61 per metrik ton. Angka itu naik 7,9 persen dibandingkan dengan HBA bulan sebelumnya sebesar US$86,53 per metrik ton.
Lebih lanjut Edwin menjelaskan, empat emiten pertambangan yang direkomendasikan pekan ini memiliki utang yang rendah.
"Utang mereka (empat emiten tersebut) rendah, volume produksi meningkat, dan efisiensi operasional," terang Edwin.
Mengutip laporan keuangan masing-masing emiten, jumlah liabilitas atau kewajiban membayar Indo Tambangraya Megah pada kuartal I 2018 sebesar US$499,53 juta.
Kemudian, liabilitas Bukit Asam dalam tiga bulan pertama tahun ini sebesar Rp8,49 triliun, Adaro Energy sebesar US$2,6 miliar, dan Harum Energy sebesar US$59,1 juta.
Bila pelaku pasar tertarik untuk melakukan aksi beli pada keempat saham tersebut, maka mereka bisa masuk pada harga rendah karena mayoritas saham ditutup melemah pada akhir pekan lalu.
Saham Indo Tambangraya Megah pada Jumat (22/6) berakhir di level Rp23.675 per saham atau turun 2,67 persen dan Adaro Energy turun 3,98 persen ke level Rp1.930 per saham.
Selanjutnya, Harum Energy turun 2,21 persen menjadi Rp2.660 per saham, sedangkan Bukit Asam berhasil berakhir di teritori positif dengan penguatan 1,22 persen ke level Rp4.150 per saham.
Tak hanya emiten tambang, Edwin juga merekomendasikan saham berbasis barang dan konsumi, seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).
"Ini dampak dari pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak, gaji ke 13, dan inflasi yang stabil," tutur Edwin.
Dengan kata lain, beberapa sentimen tersebut dapat mendorong penjualan Indofood CBP Sukses Makmur dan Mayora Indah tahun ini. Sebagai emiten barang dan konsumsi, kinerja keuangannya tentu bergantung pada tingkat konsumsi masyarakat.
 Ilustrasi aktivitas perbankan. (CNN Indonesia/Hesti Rika). |
Emiten Bank Bisa DibeliAnalis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama memaparkan pelaku pasar bisa mengonsumsi saham perbankan, meski Bank Indonesia (BI) berpotensi menaikkan kembali suku bunga acuan 25 basis poin pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 27-28 Jui 2018.
Nafan memasukkan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dalam daftar rekomendasi saham pekan ini.
"Teknikal (dua saham itu) tetap menarik," terang Nafan.
Sama seperti empat saham pertambangan, dua saham perbankan ini juga terbilang murah untuk dibeli. Sebab, harga saham keduanya tak menanjak pada akhir pekan lalu.
BNI misalnya, harga saham itu bergerak stagnan di level Rp7.400 per saham dan BTN justru anjlok 3,93 persen ke level Rp2.690 per saham.
"Akumulasi beli saham BNI bisa dilakukan pada area Rp7.350-Rp7.450, dengan target harga secara bertahap di area level Rp7.675, Rp7.850, Rp8.550, Rp9.250, dan Rp9.975." papar Nafan.
Ia menambahkan, pelaku pasar bisa melakukan akumulasi beli saham BTN di level Rp2.660-Rp2.700 per saham. Nafan menargetkan harga saham BTN dalam jangka panjang mencapai Rp3.630 per saham.
(lav/bir)