Pariwisata Digenjot Tutup 'Kantong Bolong' Neraca Dagang

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Senin, 02 Jul 2018 07:22 WIB
Bank Indonesia (BI) bersama pemerintah akan menggenjot ekspor dan pariwisata untuk menutup defisit neraca transaksi berjalan.
Bank Indonesia (BI) bersama pemerintah akan menggenjot ekspor dan pariwisata untuk menutup defisit neraca transaksi berjalan. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mengklaim hasil ekspor industri dan pariwisata akan digenjot untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Soalnya, pada kuartal pertama ini, CAD mencapai 2,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut akan menggandeng pemerintah untuk berkoordinasi meningkatkan ekspor yang melempem di hadapan impor. Lihatlah, neraca perdagangan pada April dan Mei 2018 kembali defisit, masing-masing US$1,63 miliar dan US$1,52 miliar.

"Makanya, kami akan mendorong ekspor industri agar meningkat ke depan," ujarnya, akhir pekan lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Untuk tahap awal, ekspor akan digenjot dari tahap hulu, yaitu memperbaiki investasi dan memberi insentif pajak bagi industri berorientasi ekspor.

Selain ekspor, BI juga akan berkoordinasi dengan pemerintah dalam hal mengembangkan sektor pariwisata guna meningkatkan cadangan devisa.

Tercatat cadangan devisa terus tergerus sejak Februari lalu yang digunakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Per Mei 2018, cadangan devisa sebesar US$122,9 miliar.

Sektor pariwisata disebut menjadi penyumbang kedua terbesar bagi jumlah devisa Indonesia, setelah komoditas minyak sawit mentah. Sumbangan devisa dari sektor pariwisata bahkan telah menggeser komoditas minyak dan gas, serta batu bara dalam satu tahun terakhir.


Data Kantor Staf Presiden (KSP) menyebutkan bahwa sumbangan devisa dari pariwisata pada 2014 sebesar US$10,69 miliar dan US$11,62 miliar pada 2015. Lalu, pada 2016 dan 2017 kembali naik, masing-masing US$16,8 miliar dan US$20 miliar.

Tak heran, Perry mengatakan pariwisata harus digenjot karena merupakan satu-satunya sektor jasa di antara para komoditas yang menyumbang devisa. Apalagi, pariwisata tidak terpengaruh pergerakan harga komoditas di pasar dunia.

"Makanya, sektor ini perlu kami garap bersama agar bisa menghasilkan devisa secara cepat," imbuh dia.

Untuk mengembangkan pariwisata, Perry melanjutkan, bank sentral nasional dan pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah yang harus dilakukan.


Antara lain perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur, membangun desa wisata, pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dapat mendukung pariwisata, hingga promosi bersama akan pariwisata Indonesia.

"Promosi ini sebenarnya telah banyak meningkat. Tapi kalau dibandingkan dengan negara tetangga, misalnya Thailand, itu masih banyak yang harus dikembangkan," terangnya.

Namun demikian, Perry belum memberi gambaran berapa lama waktu yang dibutuhkan agar neraca berjalan dan cadangan devisa bisa membaik. Adapun, transaksi neraca berjalan dipatok sebesar US$25 miliar hingga akhir tahun atau 2,5 persen dari PDB. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER