Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Angkasa Pura II (AP II) membuka peluang untuk melakukan sekuritisasi aset demi mendapatkan dana segar dalam beberapa waktu ke depan.
Maklum, operator bandara itu membutuhkan dana mencapai Rp100 triliun hingga 2022 mendatang untuk membiayai rencana pembangunan dan pengembangan
bandara.
"Terbuka untuk sekuritisasi aset, itu bisa sekali. Apalagi, beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kan sudah melakukan sekuritisasi aset," ucap Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin, Rabu (4/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, dua bandara yang paling potensial untuk dijadikan aset yang disekuritisasi, yakni Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Kualanamu.
"Bandara lain banyak di Indonesia, tapi yang paling besar itu kan Bandara Soekarno Hatta, kepadatannya tidak bisa dibandingkan dengan bandara lain di Indonesia," papar Awaluddin.
Namun, pemilihan aset yang akan disekuritisasi akan bergantung dari kebutuhan dana AP II itu sendiri. Bila dana yang dibutuhkan terbilang kecil, kemungkinan besar hanya Bandara Kualanamu yang disekuritisasi.
"Misalnya, kebutuhan tidak terlalu besar hanya Rp1 triliun ya Bandara Kualanamu saja cukup. Omzet Bandara Kualanamu setahun sekitar Rp1 triliun," ucap Awaluddin.
Sayangnya, ia enggan menyebut jumlah rata-rata jumlah omzet dari Bandara Soekarno Hatta. Hanya saja, Awaluddin mengakui jumlah berkali-kali lipat dibandingkan Bandara Kualanamu.
Lebih lanjut ia mengungkapkan sekuritisasi aset hanyalah salah satu opsi pencarian dana AP II untuk ke depannya. Beberapa opsi lainnya, yakni penerbitan obligasi yang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia maupun di bursa saham di London.
"BUMN, seperti PT Wijaya Karya Tbk kan sudah mencatatkan di bursa di London untuk obligasi rupiah," jelasnya.
Dalam waktu dekat, perusahaan berencana untuk menerbitkan obligasi sebesar Rp1 triliun. Aksi korporasi itu dilakukan untuk memenuhi pendanaan tahun depan.
"Kalau tahun ini relatif aman, total belanja modal Rp18 triliun, tapi untuk pengembanan bandara saja sekitar Rp3 triliun," kata Awaluddin.
(lav)