REKOMENDASI SAHAM

Peluang Saham Batu Bara Beri Cuan Saat IHSG Longsor

Dinda Audriene Muthmainah | CNN Indonesia
Senin, 09 Jul 2018 10:37 WIB
Pelaku pasar disarankan melirik saham emiten tambang batu bara. Harga batu bara yang stabil dianggap ampuh menopang pergerakan saham perusahaan.
Kapal tongkang yang membawa batubara di pesisir Pantai Marunda, Jakarta. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kala pasar saham terus berada dalam tren pelemahan, pelaku pasar perlu cerdas memilih saham agar tak buntung dalam berinvestasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Kali ini, analis efek menyarankan pelaku pasar untuk melirik saham emiten tambang batu bara. Harga batu bara yang stabil di area US$100 per metrik ton masih cukup ampuh menopang pergerakan saham batu bara.

Sebab, semakin tinggi harga batu bara, maka semakin tinggi pula untung yang diraih perusahaan. Potensi itulah yang akan berpengaruh positif pada harga saham emiten batu bara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menjelaskan saham emiten batu bara yang bisa dikonsumsi pelaku pasar untuk pekan ini, antara lain PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

"Harga jual batu bara memang masih menjadi sentimen utama," ujar Robertus kepada CNNIndonesia.com, Senin (9/7).

Menurut Robertus, harga batu bara untuk kontrak Juli 2018 sebesar US$116 per metrik ton. Sementara, harga batu bara untuk kontrak Agustus 2018 di angka US$112 per metrik ton.

Adapun, harga saham masing-masing emiten yang direkomendasikan bergerak bervariasi pada Jumat (6/7) kemarin. Tercatat, dua dari tiga saham itu melemah pada penutupan akhir pekan lalu.


Bumi Resources turun 0,93 persen ke level Rp212 per saham dan Bukit Asam turun 1,25 persen menjadi Rp3.950 per saham. Pada saat yang bersamaan, saham Indo Tambangraya Megah melonjak 5,7 persen ke level Rp24.575 per saham.

"(Harga saham) ke depannya akan lebih positif lagi," tutur Robertus.

Makanya, Robertus menilai harga saham Bumi Resources dalam jangka panjang bisa mencapai Rp350 per saham, Bukit Asam mengarah ke level Rp4.500 per saham, dan Indo Tambangraya Megah ke level Rp35 ribu per saham.

Proyeksi harga saham itu sejalan dengan potensi kenaikan kinerja keuangan emiten pertambangan hingga akhir tahun ini.

Merujuk pada kuartal I 2018, ketiga emiten tersebut sudah menunjukkan peningkatan kinerja. Laba bersih Bukit Asam saja tembus Rp1,45 triliun atau naik signifikan 66,64 persen dari kuartal I 2017 yang hanya Rp870,82 miliar.

Kemudian, laba bersih Bumi Resources tercatat meningkat 2,39 persen dari US$88,04 juta menjadi US$90,15 juta dan Indo Tambangraya Megah meraup laba bersih sebesar US$58,13 juta atau naik 1,67 persen dari US$57,17 juta.

Tak hanya tiga saham tambang itu yang berpeluang memberikan cuan pekan ini, Analis Trimegah Sekuritas Rovandi ikut menjagokan saham batu bara lainnya, yaitu PT Indika Energy Tbk (INDY).


"Harga batu bara sebenarnya volatile tapi masih di area US$100 per metrik ton, jadi saham tambang masih seksi," kata Rovandi.

Terlebih, saham Indika Energy berbanding terbalik dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tertekan belakangan ini.

Sejak awal 2018 hingga Jumat (6/7) kemarin, IHSG sudah anjlok 10,17 persen hingga ke level 5.694 dari awal tahun yang berada di level 6.339.

Di sisi lain, saham Indika Energy terus menanjak sejak Januari sampai akhir pekan lalu sebesar 7,31 persen dari Rp3.280 per saham menjadi Rp3.520 per saham.

"Saham tambang juga belum masuk jenuh jual, saham Indika Energy ini masih bisa naik lagi," sambung Rovandi.

Dalam satu pekan ini, Rovandi meramalkan saham Indika Energy bisa bergerak dalam rentang support Rp3.350-Rp3.500 per saham dan resistance Rp3.650-Rp3.800 per saham.

Peluang Saham Batu Bara Beri Keuntungan Saat IHSG TerpurukIlustrasi Indeks Harga Saham Gabungan (CNN Indonesia/Hesti Rika).


Saham Lapis Kedua

Secara keseluruhan, Rovandi berpendapat pelaku pasar sebaiknya masuk dalam saham lapis kedua (second liner) dibandingkan saham berkapitalisasi besar (big capitalization/big cap) ketika IHSG terpuruk.

PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) merupakan dua saham lapis kedua selain Indika Energy yang juga masuk dalam rekomendasi Trimegah Sekuritas pekan ini,

"M Cash Integrasi startup (perusahaan rintisan), jenis emitennya masih sedikit seperti itu di Bursa Efek Indonesia (BEI)," jelas Rovandi.

Pada akhir pekan lalu, harga sahamnya berakhir di level Rp2.900 per saham atau ditutup stagnan. Namun, angka itu sudah lebih baik dibandingkan dengan awal Juli 2018 yang berada di level Rp2.800 per saham.

"Walaupun IHSG turun, tapi saham M Cash Integrasi tidak terpengaruh," ungkap Rovandi.

Senasib, saham Mitra Keluarga Karyasehat juga ditutup di zona hijau pada Jumat (6/7) kemarin. Meski tipis, saham emiten rumah sakit itu naik 0,26 persen ke level Rp1.915 per saham.

"Saya melihat saham ini lagi dalam tren peguatan," tutur Rovandi.


Jumlah volume saham Mitra Keluarga Karyasehat pun terbilang tinggi per harinya. Dengan kata lain, saham tersebut liquid untuk diperdagangkan.

"Walaupun mungkin sahamnya sudah mahal, tapi kalau volume tinggi menarik," pungkas Rovandi. (lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER