Beban Produksi Naik, PLN Jamin Tak Kerek Tarif Listrik

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 13 Jul 2018 19:01 WIB
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memastikan tidak akan mengerek tarif listrik hingga 2019, meski beban produksi membengkak hingga Rp10 triliun.
Meski beban produksi melonjak Rp10 triliun pada semester pertama tahun ini, PLN Memastikan tak akan menaikkan tarif listrik. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN memastikan tidak akan mengerek tarif listrik hingga 2019, meski beban produksi membengkak hingga Rp10 triliun pada semester I 2018.

"(Tarif listrik) tidak akan naik dong. Itu kan sudah komitmen Pak Menteri (Menteri ESDM Ignatius Jonan)," ujar Direktur Utama PLN Sofyan Basir kepada CNNIndonesia.com di kantor Kementerian ESDM, Jumat (13/7).

Sofyan mengungkapkan kenaikan beban produksi perseroan pada paruh pertama tahun ini disebabkan oleh depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan lonjakan harga minyak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Konsekuensinya, Sofyan memperkirakan laba perseroan tahun ini bakal merosot. Hal itu seperti yang terjadi tahun lalu di mana laba perseroan merosot 71,67 persen dari Rp15,6 triliun pada 2015 menjadi hanya Rp4,42 triliun.

"Kami sangat memahami bahwa kami adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN itu tangan kirinya rakyat, tangan kanannya pemerintah. Jadi, suka atau tidak kami harus menjalani,"ujarnya.

Dalam wawancara terpisah, Sofyan menyebutkan setiap depresiasi rupiah Rp100 per dolar AS  membuat biaya produksi PLN terdongkrak Rp1,3 triliun. Akibatnya, beban produksi akibat pelemahan rupiah hampir mencapai Rp7 triliun.


Namun, PLN bisa berhemat sekitar Rp1 triliun setelah pemerintah memberlakukan kebijakan harga batu bara khusus bagi kebutuhan listrik sebesar US$70 per ton.

Di sisi lain, pertumbuhan penjualan listrik hingga Mei 2018 telah menunjukkan percepatan dibandingkan tahun lalu. Hal itu bisa menahan tergerusnya laba perseroan.

Secara terpisah, Direktur Perecanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman mengungkapkan konsumsi listrik selama Januari-Mei 2018 tumbuh 5,09 persen secara tahunan atau membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya tumbuh sekitar tiga persen.


Sayangnya, angka pertumbuhan tersebut masih di bawah target jika dibandingkan target penjualan listrik 2018 dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027 yang membidik pertumbuhan 6,8 persen. Secara bulanan, penjualan listrik Mei 2018 tumbuh 7 persen.

"Permintaan yang membaik masih dari industri yang (penjualan listrik) bisa tumbuh sekitar tujuh hingga delapan persen," ujar Syofvi. (lav/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER