Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (
BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di tanah air hingga Maret 2018 mencapai 25,95 juta. Jumlah tersebut sebenarnya sudah turun 633,2 ribu pada September 2017.
Guna menghitung jumlah penduduk miskin, BPS menggunakan batas pengeluaran maksimal atau disebut garis kemiskinan.
Per Maret 2018, garis kemiskinan naik 3,63 persen dari Rp387.160 per kapita per bulan pada September 2017 menjadi Rp401.220 per kapita per bulan pada Maret 2018. Sedangkan dibanding Maret 2017, garis Kemiskinan Maret 2018 naik sebesar 7,14 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun berdasarkan daftar komoditinya, beras dan rokok kretek filter masih berkontribusi pada pengeluaran penduduk miskin. Bagi penduduk miskin perkotaan, beras dan rokok berkontribusi masing-masing sebesar 20,95 persen dan 11,07 persen pada pengeluaran. Sementara bagi penduduk miskin pedesaan, beras dan rokok mengambil porsi 26,79 persen dan 10,21 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan penurunan penduduk miskin terjadi antara lain karena meningkatnya penyaluran bantuan sosial (bansos) dari pemerintah sebesar 87,6 persen pada kuartal I 2018 dibanding kuartal I 2017.
"Selain itu karena ada peningkatan penyaluran program beras sejahtera (rastra) dan Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) pada kuartal I 2018," ujar Suhariyanto di Jakarta, Senin (16/7).
Komoditi makanan sendiri, termasuk rokok menyumbang 71,04 persen pengeluaran penduduk miskin perkotaan dan 76,66 persen penduduk miskin pedesaan.
Sedangkan komponen bukan makanan yang memberikan kontribusi paling besar pada pengeluaran penduduk miskin adalah perumahan, bensin, dan listrik.
(agi)