Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah ditutup di posisi Rp14.414 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan pasar spot hari ini, Rabu (18/7). Posisi ini melemah 36 poin atau 0,25 persen dari akhir penutupan perdagangan Selasa (17/7) kemarin.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Dollar Spot (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.406 per dolar AS atau melemah poin dari posisi kemarin di Rp14.391 per dolar AS.
Meski begitu, rupiah tak melemah sendiri, sebab seluruh mata uang negara utama di kawasan Asia turut melemah. Mulai dari dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, baht Thailand minus 0,04 persen, yen Jepang minus 0,07 persen, dan rupee India minus 0,12 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, dolar Singapura minus 0,18 persen, renminbi China minus 0,19 persen, peso Filipina minus 0,28 persen, ringgit Malaysia minus 0,31 persen, dan won Korea Selatan minus 0,73 persen.
Begitu pula dengan mata uang negara maju ikut melemah. Poundsterling Inggris melemah 0,55 persen dan rubel Rusia minus 0,5 persen.
Lalu, dolar Australia minus 0,42 persen, dolar Kanada minus 0,4 persen, euro Eropa minus 0,3 persen, dan franc Swiss minus 0,13 persen.
Ibrahim, Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka mengatakan pelemahan rupiah dan seluruh mata uang negara lain dari dolar AS terjadi karena pengaruh pernyataan pimpinan bank sentral AS, The Federal Reserve.
Gubernur The Fed Jerome Powell memberi sinyal kuat bahwa kenaikan bunga acuan akan tetap dilakukan secara bertahap untuk menjaga inflasi yang diharapkan tetap mendekati dua persen.
Hal ini karena proyeksi pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam akan tetap membaik. Sebelumnya, The Fed telah mengerek bunga acuan sebanyak dua kali menjadi 1,75-2,0 persen. Namun, kenaikan diperkirakan akan kembali terjadi sebanyak 1-2 kali lagi.
"Penguatan dolar AS ini lebih condong karena pengaruh The Fed. Ini bisa membuat indeks dolar AS menguat ke 95," katanya kepada
CNNIndonesia.com.
Walhasil, pernyataan Powell ini menutup sentimen dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah akan berada di posisi Rp14.200 per dolar AS pada semester II 2018. Padahal, menurutnya, pasar cukup merespon proyeksi itu. "Karena posisi Rp14.200 per dolar AS itu realistis," pungkasnya.
(lav)