Jakarta, CNN Indonesia -- Laba bersih PT
Astra International Tbk (ASII) pada semester I 2018 terkerek 11 persen, disumbang dari peningkatan kontribusi kenaikan laba lini bisnis alat berat dan pertambangan.
Direktur Utama Astra International Prijono Sugiarto mengungkapkan perusahaan meraup laba bersih sebesar Rp10,38 triliun pada semester I 2018, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu hanya Rp9,34 triliun.
"Pendapatan bersih konsolidasi grup periode ini meningkat 15 persen menjadi Rp112,6 triliun dengan peningkatan pendapatan terutama dari bisnis alat berat dan pertambangan," papar Prijono dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (27/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam hal ini, bisnis alat berat dan pertambangan mendatangkan cuan bagi Astra International sebesar Rp3,28 triliun. Angka itu naik hingga 60 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya Rp2,05 triliun.
Selain itu, bisnis teknologi informasi juga menyumbang peningkatan laba bersih cukup tinggi terhadap induk, yakni 24 persen menjadi Rp68 miliar dari sebelumnya sebesar Rp55 miliar.
Di sisi lain, bisnis jasa keuangan dan otomotif terlihat tak cukup bergairah sepanjang semester I 2018 karena peningkatan laba bersihnya cenderung stagnan.
Laba bersih dari bisnis jasa keuangan hanya naik lima persen dari Rp2,03 triliun menjadi Rp2,14 triliun. Menurut Prijono, bisnis pembiayaan konsumen secara grup memang turun bila dibandingkan dengan 2017.
"Nilai pembiayaan turun enam persen menjadi Rp39,7 triliun akibat turunnya pembiayaan pada segmen mobil low cost," jelas Prijono.
Kemudian, anak usaha yang bergerak dalam jasa perbankan, PT Bank Permata Tbk membukukan penurunan laba bersih hingga 56 persen menjadi Rp275 miliar dari sebelumnya Rp621 miliar.
Sementara itu, bisnis otomatif Astra International hampir tak terlihat meningkat. Laba bersih yang disumbang oleh bisnis ini hanya Rp4,21 triliun, atau hampir sama dengan semester I 2017 sebesar Rp4,2 triliun.
"Penjualan mobil Astra turun 10 persen menjadi 268.000 unit akibat meningkatnya kompetisi," ujar Prijono.
Lebih lanjut, Prijono memaparkan tak semua bisnis Astra International meningkat pada paruh pertama 2018. Sebab, kinerja bisnis agribisnis, infrastruktur dan logistik, dan properti justru merosot.
Prijono merinci, laba bersih yang dihasilkan dari bisnis agribisnis turun 23 persen menjadi Rp625 miliar, bisnis infrastruktur dan logistik turun drastis 96 persen menjadi hanya Rp4 miliar, properti turun 29 persen menjadi Rp48 miliar.
Kendati begitu, Prijono optimis kinerja keuangan Astra International hingga akhir 2018 bisa tetap positif didukung oleh harga batu bara yang stabil. Seperti diketahui, harga batu bara masih bertahan di atas US$100 per metrik ton.
(lav)