Jakarta, CNN Indonesia -- Maskapai penerbangan pelat merah, PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan pencatatan perdana produk Kontrak Investasi Kolektif Beragun Aset
(KIK EBA) GIAA01 bernilai Rp2 triliun.
Penerbitan resmi dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (31/7) ini. KIK EBA tersebut terbagi dalam dua kelas; A dan B.
KIK EBA GIAA01 kelas A dilakukan melalui penawaran umum kepada investor strategis melalui pencatatan di BEI. KIK EBA bernilai Rp1,8 triliun tersebut mendapat rating AA+ dari Pefindo dengan tingkat imbal hasil sebesar 9,75% pa, tenor 5 tahun dan tanggal jatuh tempo 27 Juli 2023.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Untuk KIK EBA GIAA01 kelas B dilakukan melalui penawaran terbatas dengan nilai Rp 200 Miliar untuk tenor sejenis dan tingkat imbal hasil yang tidak tetap.
"Langkah ini merupakan salah satu solusi alternatif mendapakan pendanaan untuk memenuhi kebutuhan finansial perusahaan," kata Menteri BUMN Rini Soemarno dalam pernyataan yang dikeluarkan di Jakarta, Selasa (31/7).
Rini berharap kreatifitas Garuda dalam mencari sumber pendanaan alternatif tersebut bisa ditiru oleh BUMN lain.
Dia juga berharap kreatifitas tersebut juga diikuti oleh sektor swasta.
"Beberapa BUMN telah sukses menerbitkan sekuritisasi dan mendapat respons positif dari investor. Jadi pemerintah akan terus mendorong semakin banyak BUMN yang terlibat dan ke depannya, dengan modal dan pendanaan yang cukup, akan mendorong BUMN untuk melebarkan sayap ekspansi dan akan membuat BUMN semakin kuat dan tumbuh," tegas Rini.
Sebelumnya Direktur Utama Garuda Pahala Nugraha Mansury mengatakan akan menggunakan dana hasil penerbitan KIK EBA tersebut untuk menata ulang utang perusahaan.
Saat ini, sebagian besar utang perusahaan berjangka waktu pendek karena hanya berkisar antara satu sampai dua tahun.
Mengacu laporan keuangan Garuda kuartal I 2018, jumlah liablitas atau kewajiban perusahaan tersebut mencapai US$3,08 miliar. Angka tersebut meningkat dibandingkan kuartal I 2017 yang hanya US$2,82 miliar.
Sementara itu, Garuda pada tiga bulan pertama tahun 2018 menanggung kerugian sebesar US$64,3 juta. Jumlah kerugian tersebut turun jika dibandingkan sebelumnya US$101,2 juta.
(agt/agi)