
Rupiah Akan Terganjal Penguatan Dolar AS
Yuli Yanna Fauzie, CNN Indonesia | Kamis, 09/08/2018 09:23 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah dibuka di posisi Rp14.432 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot hari ini, Kamis (9/8). Posisi ini menguat dari penutupan, Rabu (8/8) yang berada di level Rp14.439 per dolar AS.
Sejalan dengan rupiah, mayoritas mata uang di kawasan Asia turut menguat di hadapan dolar AS. Yen Jepang menguat 0,16 persen, baht Thailand 0,22 persen, won Korea Selatan 0,10 persen, dan ringgit Malaysia 0,01 persen.
Sejalan dengan rupiah, mayoritas mata uang di kawasan Asia turut menguat di hadapan dolar AS. Yen Jepang menguat 0,16 persen, baht Thailand 0,22 persen, won Korea Selatan 0,10 persen, dan ringgit Malaysia 0,01 persen.
Sementara dolar Hong Kong dan dolar Singapura stagnan.
Lihat juga:Dekati Area Jenuh Beli, IHSG Rawan Koreksi |
Terbalik dari mata uang Asia, mayoritas mata uang negara maju justru melemah dari dolar AS.
Dolar Australia minus 0,16 persen poundsterling Inggris minus 0,13 persen, euro Eropa minus 0,07 persen, dolar Kanada minus 0,04 persen, dan franc Swiss minus 0,03 persen. Hanya rubel Rusia yang menguat 0,03 persen.
Meski menguat, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai pergerakan rupiah masih rentan.
Rupiah rentan tersungkur karena pelemahan renmimbi China dan euro Eropa kemarin. Pelemahan renmimbi dan euro tersebut diperkirakan akan membuat dolar AS bergerak di zona hijau.
"Kembali terapresiasinya dolar AS dapat menahan peluang rupiah untuk dapat bergerak positif. Pelaku pasar pun akan memanfaatkan kondisi tersebut dengan meningkatkan permintaan dolar AS," katanya.
Untuk itu, agar dapat menopang penguatan rupiah yang lebih tahan lama, diperlukan dukungan dari sentimen internal. Sayang, sentimen internal masih minim, usai Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi pada Senin lalu.
(agt/agt)
Dolar Australia minus 0,16 persen poundsterling Inggris minus 0,13 persen, euro Eropa minus 0,07 persen, dolar Kanada minus 0,04 persen, dan franc Swiss minus 0,03 persen. Hanya rubel Rusia yang menguat 0,03 persen.
Meski menguat, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai pergerakan rupiah masih rentan.
Rupiah rentan tersungkur karena pelemahan renmimbi China dan euro Eropa kemarin. Pelemahan renmimbi dan euro tersebut diperkirakan akan membuat dolar AS bergerak di zona hijau.
Renmimbi China melemah di tengah rencana pemerintah Negeri Tirai Bambu membalas tarif bea masuk impor bagi produk AS.
Sedangkan euro Eropa melemah karena berlanjutnya pembahasan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britania Exit/Brexit).
Sedangkan euro Eropa melemah karena berlanjutnya pembahasan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britania Exit/Brexit).
"Kembali terapresiasinya dolar AS dapat menahan peluang rupiah untuk dapat bergerak positif. Pelaku pasar pun akan memanfaatkan kondisi tersebut dengan meningkatkan permintaan dolar AS," katanya.
Untuk itu, agar dapat menopang penguatan rupiah yang lebih tahan lama, diperlukan dukungan dari sentimen internal. Sayang, sentimen internal masih minim, usai Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi pada Senin lalu.
Lihat juga:Kemendag Akui Ekspor dalam Kondisi Rapuh |
ARTIKEL TERKAIT

Rupiah Berakhir Menguat Tipis ke Rp14.439 per Dolar AS
Ekonomi 6 bulan yang lalu
Usai Dibuka Melemah, Rupiah Bersandar di Zona Hijau Sore Ini
Ekonomi 6 bulan yang lalu
Penguatan Rupiah Masih Bersifat Sementara
Ekonomi 6 bulan yang lalu
Rupiah Terseok Lagi Hingga ke Level Rp14.500 per Dolar AS
Ekonomi 6 bulan yang lalu
Sentimen The Fed Masih Bikin Rupiah Tertahan di Zona Merah
Ekonomi 6 bulan yang lalu
Kompak dengan yen Jepang, Rupiah Melemah Jadi Rp14.440
Ekonomi 6 bulan yang lalu
TERPOPULER

RI Jadi Tuan Rumah Moto GP 2021, Luhut Kejar Investasi Qatar
Ekonomi • 1 jam yang lalu
Sulap TCASH jadi LinkAja, Pengguna Keluhkan Kesulitan Daftar
Ekonomi 5 jam yang lalu
Jiwasraya Janji Bayar Klaim Nasabah Rp802 M Pertengahan 2019
Ekonomi 1 jam yang lalu