Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
China berusaha pertahankan ekonomi mereka pada 2018 ini sesuai target.
Juru Bicara Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasioal China Cong Liang mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini terkena dampak negatif dari gejolak
perang dagang yang terjadi antara negaranya dengan Amerika Serikat (AS).
Dampak terasa pada pertumbuhan ekonomi kuartal II yang hanya mencapai 6,7 persen atau lebih rendah dibanding kuartal pertama yang masih berhasil mencapai 6,8 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi kata Cong, dampak perang dagang tersebut masih bisa diredam. "Semua masih dapat dikendalikan," katanya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (15/8).
Agar target pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga, pemerintah China meningkatkan belanja infrastruktur, menggelontorkan lebih banyak dana ke dalam sistem perbankan dan menurunkan biaya pinjaman.
Mereka juga menyatakan akan menerapkan kebijakan fiskal pro pertumbuhan.
Pemerintah China pada 2018 ini menargetkan pertumbuhan ekonomi 2018 bisa mencapai 6,5 persen.
Target tersebut turun dari realisasi pertumbuhan ekonomi 2017 yang berhasil mencapai 6,9 persen.
Di tengah upaya mengejar target tersebut, AS menabuh genderang perang dagang dengan mereka. Pemerintahan Presiden Donald Trump memutuskan untuk mengenakan tarif tinggi atas produk China yang masuk ke negara mereka.
Perang dagang dilakukan karena Trump merasa bahwa bahwa China telah melakukan praktik dagang yang culas terhadap AS hingga mengakibatkan neraca dagang Negeri Tirai bambu tersebut surplus US$375 miliar atau Rp5.200 triliun terhadap AS.
(agt)