China Beralih ke Negara Lain Hadapi Perang Dagang AS

AFP | CNN Indonesia
Minggu, 12 Agu 2018 13:42 WIB
Importir China mengalihkan pembelian ke negara lain untuk menghadapi perang dagang yang membuat harga produk-produk AS menjadi mahal.
Ilustrasi daging sapi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tujuan utama perang dagang Donald Trump adalah menekan Beijing untuk "membeli (produk) Amerika", tetapi terkait impor daging AS bernilai jutaan dolar China kemungkinan membeli dari negara lain.

Penerapan tarif balasan Beijing pada daging babi dan sapi asal AS membuat kedua produk ini sangat mahal dan importir China pun beralih ke negara lain, trend ini tampaknya akan diikuti oleh sektor lain.

"Ketika barang-barang asal AS sangat mahal karena bea masuk...kami akan mencari dari wilayah lain," ujar Zhang Lihui, manajer PMI Foods salah satu perusahaan daging global.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Seperti daging sapi, kami akan membeli lebih banyak dari Australia, Amerika Selatan dan kemungkinan sedikit penambahan dari Kanada."

PMI Foods telah menghentikan impor daging babi potong dari Amerika Serikat setelah Beijing menerapkan tarif yang merupakan balasan atas bea tambahan pemerintah Donald Trump yang diterapkan bulan lalu dan membuat harganya melangit di China.

Zhang menambahkan perubahan pola dagang akibat perang tarif "pasti" akan menguntungkan negara lain dan merugikan AS.

"Pasar China pasti akan mencari pengganti," ujarnya.

Dampak perang tarif yang dikenakan pada serangkaian jenis produk masih sulit untuk diperkirakan. Namun para pengamat memperingatkan bahwa eksportir AS akan kehilangan pasar China dalam jumlah besar.
Amerika Serikat mengeskpor daging babi dan sapi serta produk turunannya bernilai sekitar US$140 ke China pada Juni sebelum tarif tambahan diberlakukan.

Federasi Ekspor Daging AS menyebut ekspor ke China itu sekitar 10 persen dari keseluruhan ekspor daing babi dan sapi negara itu.

Ekonom dari Capital Economics Shina Julian Evans-Pritchard mengatakan, China juga mensasar impor komoditi lain seperti daging, kedelai, gandum dan petrokimia yang mudah dicari penggantinya di pasar global.

"Itu memang tujuan tarif: anda mencoba menghantam kubu lawan tanpa berpengaruh terlalu besar pada anda," ujarnya.

"Menurut saya (perang dagang) bisa berdampak pada perubahan yang cukup besar dalam alurnya-negara mana yang mendapatkan sesuatu dari tempat lain."

Dampak terhadap harga barang impor akan bisa diabaikan karena "sistem perdagangan global yang cukup fleksibel," tambanya, dan juga karena pemasok di kedua kubu akan menanggung sebagian biaya tarif untuk bisa mempertahankan ekspor barang mereka.
Ini terjadi pada Lin Zhenghu, juru masak dan pemilik restoran daging panggang kelas atas yang menyajikan daging sapi bermutu tinggi asal Australia dan Amerika Serikat.

Harga daging sapi terbaik asal AS naik 30-40 persen karena perang dagang ini, kata Lin, tetapi dia dan pemasok AS berbagi kerugian dari pada membebankan biaya itu ke pelanggan.

"Kami hanya akan beralih ke daging (non-AS) jika pagar benar-benar ditutup. Saat ini, kami masih berniat bekerja sama dengan pemasok dan peternak," ujarnya.

Pengamat perdagangan mengatakan sejumlah ekspor AS ke China yang paling menguntungkan seperti pesawat Boeing dan mobil juga terancam karena China bisa mengimpor pesawat buatan Airbus dan mobil buatan Jepang atau Eropa.
Bahkan kedelai yang dipandang sebagai senjata utama AS karena tingginya permintaan akan impor kedelai di China, bukan tidak tergantikan.

Kepala Cofco, BUMN China pengimpor biji-bijian, membeli daging sapi dan babi dari AS seniai US$40 juta pada 2017 dan berniat meningkatkannya hingga US$100 juta tahun ini.

Tetapi karena perang dagang ini, manajer umum perusahaan ini Xu Wei beralih ke Eropa, Australia dan Amerika Selatan.

"Kekosongan akan segera terisi," ujar Xu.

"Jadi terkait perang dagang, jika importir China seperti kami ingin mempertahankan volume, justru eksportir dan pemasok AS yang paling terkena dampaknya." (yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER