Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (
ESDM) Arcandra Tahar menyatakan telah menerima komitmen PT
Chevron Pacific Indonesia untuk menjaga tingkat produksi minyak di
Blok Rokan, Riau.
Chevron telah menjadi operator salah satu blok migas terbesar di Indonesia itu selama puluhan tahun. Setelah masa kontrak pengelolaan di Blok Rokan habis pada 2021 nanti, Chevron harus menyerahkan pengelolaan Blok Rokan kepada operator baru, PT Pertamina (Persero).
"Mereka (Chevron) mengatakan bersedia untuk menjaga produksi Blok Rokan dan akan berbicara dengan Pertamina sebagai pengelola selanjutnya agar ke depan Rokan tetap bisa menghasilkan produksi yang baik," ujarnya di kantor Kementerian ESDM, Kamis (30/8) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Produksi siap jual (lifting) Blok Rokan terus menurun dari tahun ke tahun. Tahun depan, berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), rata-rata produksi Blok Rokan diperkirakan hanya mencapai 180 ribu barel per hari (bph).
Capaian itu jauh merosot dari rata-rata produksi tahun lalu yang mencapai 224,69 ribu bph dan proyeksi tahun ini yang berkisar 206,71 ribu bph.
Penurunan produksi terjadi terjadi secara alami mengingat minyak merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Artinya, jika terus menerus dikuras, cadangan minyak akan semakin menipis.
Karenanya, operator harus meningkatkan kegiatan pengeboran maupun mengembangkan inovasi teknologi untuk menguras minyak.
Chevron, lanjut Arcandra, akan berusaha membuat proses transisi ke Pertamina berjalan mulus. Dalam hal ini, Pertamina kemungkinan bisa berinvestasi lebih awal di Blok Rokan tanpa harus menunggu masa kotrak Chevron berakhir.
"Mereka (Chevron) tadi juga mengatakan bahwa mereka ingin menjaga kredibilitas, reputasi Chevron sebagai perusahaan internasional yang telah lama mengelola Rokan, sehingga proses transisi dijaga semulus mungkin," katanya.
Proses transisi pengelolaan Blok Mahakam dari Total E&P Indonesie ke Pertamina berjalan cukup baik. Dengan demikian, proses transisi Blok Rokan bisa lebih baik.
Sebagai catatan, Pertamina resmi mengambil alih pengelolaan Blok Mahakam dari Total E&P Indonesie (TEPI) dan Inpex Corporation, yang telah beroperasi sejak 50 tahun lalu, pada 1 Januari 2018. Sebelum mengambil alih, Pertamina menyelesaikan masa transisi sepanjang 2017.
Adapun penandatanganan kontrak baru Pertamina di Blok Rokan akan dilakukan setelah perseroan membayar bonus tanda tangan sebesar US$783 juta.
Revisi Proposal IDD DiserahkanSelain itu, Arcandra juga mengungkapkan bahwa Chevron tetap berkomitmen untuk menggarap proyek migas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD) tahap kedua.
Sebagai catatan, tahap pertama proyek IDD, yakni Proyek Bangka, telah berproduksi sejak Agustus 2016 lalu dengan kapasitas terpasang 110 juta kaki kubik gas dan 4.000 barel kondensat per hari.
Saat ini, perusahaan tengah menyelesaikan revisi proposal proyek IDD yang telah mengeluarkan Blok Makassar Strait. Chevron nantinya hanya akan mengembangkan Blok Ganal dengan Lapangan Gendalo-Gehem dan Blok Rapak dengan Lapangan Gehem dan Bangka.
"Mereka akan menyerahkan proposal secepatnya," tandasnya.
Sebelumnya, perusahaan asal AS itu telah menyelesaikan studi teknis dengan memasukkan pengembangan Blok Makassar Strait. Dalam perjalanannya, perusahaan memutuskan untuk melepaskan blok yang masa kontraknya akan habis pad 2020 mendatang.
(bir)