Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Joko Widodo memerintahkan menterinya untuk segera bergerak dalam menyelesaikan permasalahan
defisit transaksi berjalan saat ini. Ia memberikan waktu satu tahun kepada para pembantunya untuk mengatasi masalah tersebut.
Perintah ia keluarkan karena keyakinan bahwa defisit neraca transaksi berjalan merupakan salah satu biang 'keladi' pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini.
"Sudah saya perintahkan supaya masalah bisa selesai dalam waktu tidak lama, satu tahun harus selesai, agar setiap hari, setiap jam pikiran tidak hanya memperhatikan pergerakan kurs yang naik turun," katanya di Jakarta, Rabu, 5/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi mengatakan ia dan para menterinya sudah merumuskan beberapa langkah agar defisit transaksi berjalan bisa segera dibenahi. Langkah
pertama, melaksanakan program pencampuran 20 persen biodiesel dalam BBM jenis solar dan memantau terus pelaksanaan program tersebut.
Dengan melaksanakan kebijakan tersebut, pemerintah menargetkan bisa menghemat devisa untuk impor minyak sebesar US$5 miliar sampai US$6 miliar per tahun.
Langkah
kedua, mempertegas pemanfaatan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dalam kegiatan perekonomian di dalam negeri agar impor bisa ditekan. "Kalau semua bisa pakai komponen dalam negeri, nanti ada penghematan US$2 miliar sampai US$3 miliar," katanya.
Langkah
ketiga, menggenjot kinerja ekspor dan investasi. Saat ini, pemerintah tengah mencari dan merumuskan kebijakan, insentif agar investasi dan ekspor bisa digenjot.
Sekadar informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia antara Januari ke Juli di angka US$104,24 miliar. Sementara itu, Indonesia juga mencatat impor secara akumulatif sebesar US$107,32 miliar di waktu yang sama. Artinya, Indonesia mencatat defisit US$3,08 miliar sepanjang tahun 2018.
Sementara itu, Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) di kuartal II 2018 tercatat 5,87 persen atau melemah dari kuartal sebelumnya 7,95 persen. Ini merupakan pertama kalinya pertumbuhan PMTB menyetuh angka 5 persen sejak sebelumnya selalu menembus angka 7 persen sejak kuartal III 2017.
"Tanpa itu (investasi dan ekspor) jangan harap kita bisa menyelesaikan masalah fundamental ekonomi yang kuat seperti yang kita inginkan," pungkas dia.
Sebagai informasi, defisit neraca transaksi berjalan saat ini membengkak. Pada kuartal II 2018 kemarin, defisit melebar menjadi 2 persen dari PDB.
Selain mengidap penyakit defisit tersebut, Indonesia saat ini juga menghadapi masalah pelemahan rupiah. Pada awal pekan Selasa (4/9) kemarin, rupiah terperosok mendekati Rp14.950 per dolar AS.
(agt/bir)