Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Darmin Nasution menyatakan pemerintah belum berancang-ancang melakukan impor beras pada tahun depan karena produksi
beras di Indonesia saat ini masih tercatat surplus.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) versi teranyar, diperkirakan potensi produksi beras nasional mencapai 32,42 juta ton sepanjang tahun ini. Dari jumlah itu, diperkirakan surplus beras sekitar 2,85 juta ton karena proyeksi konsumsi masyarakat hanya 29,57 juta ton.
Selain karena masih surplus, Darmin bilang pemerintah belum membuat rencana kebijakan ke depan karena masih perlu melihat realisasi produksi beras akhir tahun ini hingga tiga bulan awal di tahun depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab, bulan ketiga tahun depan, yaitu sekitar Maret 2019 merupakan masa panen sawah petani. Di sisi lain, BPS baru mengeluarkan proyeksi produksi beras sampai akhir tahun, namun belum untuk tahun depan.
"Belum (ada rencana impor). Kami lihat dulu di akhir tahun ini stok tinggal berapa. Kami cek juga pada Maret 2019, karena itu panen raya," terang Darmin di kantornya, Rabu (24/10).
Meski belum ada rencana pasti untuk pengelolaan produksi beras tahun depan, namun Darmin memastikan, ke depannya kebijakan pemerintah akan lebih matang dan tepat sasaran.
Toh, data produksi beras yang lebih valid sudah didapatkan melalui pembaruan metode perhitungan Kerangka Sampel Area (KSA) yang dilakukan BPS dengan beberapa badan terkait.
"Artinya kami melihat kebijakan itu akan lebih tepat dan paling tidak, pertengkaran, perdebatan selama ini bisa hilang. Selain itu, keputusan itu tidak terlambat, kalau kemarin kan kami terlambat," tekannya.
Di sisi lain, Darmin menekankan pula sekali pun tahun depan data produksi beras lebih turun dan pemerintah harus kembali melakukan impor, ia meminta publik tidak perlu khawatir.
"Tapi kalau impor perlu, ya sudahlah, impor kan bukan barang haram," pungkasnya.
(uli/bir)