Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom memperkirakan
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan hanya akan mencapai 4,9 persen, atau lebih lambat dari target pemerintah dalam asumsi makro Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (
RAPBN) 2019 yang sebesar 5,4 persen.
Namun, Otoritas Jasa Keuangan (
OJK) optimistis ekonomi nasional akan terangkat oleh momentum pemilihan presiden (pilpres) pada tahun mendatang.
Kepala ekonom PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean menilai kondisi ekonomi tahun depan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak jauh berbeda dengan tahun ini.
Indikator yang menahan laju ekonomi tahun depan adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan tingkat suku bunga global. Selain itu, tingkat konsumsi domestik yang cenderung lemah dan berada di bawah 5 persen juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin situasinya tidak lebih baik dari 2018. Saya berpikir untuk tahun 2019 nanti pertumbuhan ekonomi mungkin mencapai 4,9 persen," kata Adrian di Jakarta, Senin (29/10).
Adrian juga mencermati arus investasi tahun depan yang diperkirakan hanya akan tumbuh pada kisaran 4 persen. Persentase itu jauh lebih rendah dari capaian pertumbuhan investasi kuartal II 2018 sebesar 5,9 persen. Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena adanya pengetatan suku bunga di sektor oleh perbankan.
"
Investment growth (pertumbuhan investasi) cuma mencapai 4 persen," imbuhnya.
Di sisi lain, Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Santoso Wibowo tetap mengimbau para pelaku bisnis di Indonesia untuk tetap optimistis dalam menghadapi gejolak perekonomian tahun depan. Pihaknya memprediksikan pertumbuhan ekonomi di 2019 yang berada pada level 5,2 persen.
"Kalau OJK, proyeksi dari kita tahun 2019 nanti produk domestik bruto (PDB) masih bergerak di level 5,2 persen, sementara inflasinya pada kisaran 4 persen," kata Santoso.
Menurut dia, kegiatan politik tahun 2019 mendatang dapat ikut membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia, salah satunya melalui bantuan sosial yang dilakukan oleh peserta pemilihan umum (Pemilu).
"Bantuan sosial mendorong daya beli masyarakat, karena kan bantuan langsung tunai itu. Jadi langsung diterima masyarakat dan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," jelasnya.
(mjs/lav)