Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) menyatakan tingkat volatilitas nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini berada di kisaran 7-8 persen. Sementara kurs referensi bank sentral nasional pada Jumat (28/12) yang bertepatan dengan hari terakhir perdagangan pasar keuangan sebelum tutup tahun menempatkan rupiah di posisi Rp14.542 per dolar AS.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan tingkat volatilitas ini terus membaik sejak awal tahun ketika mata uang Garuda mulai melemah akibat berbagai sentimen. Volatilitas rupiah juga sudah membaik dalam dua bulan terakhir ketika rupiah bahkan sempat menyentuh kisaran Rp15 ribu per dolar AS.
"Volatilitas ini rendah, rupiah bergerak stabil dan menguat sampai hari ini di kisaran Rp14.500 per dolar AS. Meski kami lihat masih undervalue dari sisi fundamental," ujar Perry di Kompleks Gedung BI, Jumat (28/12).
Perry meyakini tahun depan tekanan rupiah akan jauh lebih reda. Pasalnya sentimen penekan rupiah yang berasal dari kenaikan bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve diperkirakan hanya akan dilakukan dua kali pada 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perry mengakui belakangan pasar memang dikhawatirkan oleh perselisihan hubungan antara Presiden AS Donald Trump dengan The Fed dan perang dagang AS-China. Namun sentimen pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang masih di rentang 5,0-5,4 persen dan inflasi 3,5 persen plus minus 1 persen ia perkirakan bakal menopang pergerakan rupiah.
Sentimen tersebut sudah mulai dirasakan saat ini. Itu terasa dari masuknya aliran modal asing ke dalam negeri dalam beberapa waktu terakhir ini. "Sehingga sejauh ini rupiah tetap stabil dengan kecenderungan menguat. Ke depan, kami terus melakukan pemantauan dan langkah stabilisasi tersebut," pungkasnya.
(uli/agt)