Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
Hong Kong menggelontorkan stimulus senilai 120 miliar dolar Hong Kong untuk mendorong
ekonomi dalam negeri mereka yang tengah lesu akibat wabah
virus corona. Nilai paket stimulus setara US$15,4 miliar atau Rp212,7 triliun (Kurs Rp13.812 per dolar AS).
Sekretaris keuangan Hong Kong Paul Chan mengatakan dengan stimulus tersebut semua penduduk akan menerima 10 ribu dolar Hong Kong atau US$ 1.280. Bantuan diberikan untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri supaya penurunan aktivitas ekonomi akibat virus corona bisa diredam.
"Penyebaran cepat virus corona baru telah memberikan pukulan hebat pada kegiatan ekonomi Hong Kong," kata Chan kepada badan legislatif kota itu seperti dikutip dari
CNN Business, Rabu (26/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pukulan tersebut menjadi masa-masa sulit bagi Hong Kong. Pasalnya sebelum virus corona menyebar, ekonomi Hong Kong telah dihantam berbagai masalah pada 2019 kemarin, salah satunya konflik perdagangan AS-Cina.
Selain itu, ekonomi Hong Kong juga tertekan oleh aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan warganya dalam menolak pembahasan RUU Ekstradisi pada 2019 lalu.
"Singkatnya, ekonomi Hong Kong menghadapi tantangan besar tahun ini. Prospeknya jauh dari menjanjikan dalam waktu dekat, " katanya.
Ia mengatakan virus corona kemungkinan besar akan memberikan masalah besar bagi ekonomi Hong Kong. Tahun depan, kemungkinan besar Hong Kong akan mencatatkan rekor defisit tinggi
"Meskipun dampak epidemi pada perekonomian kami dalam waktu dekat mungkin bisa lebih besar daripada wabah SARS pada 2003, dan pasar tenaga kerja juga mengalami tekanan yang signifikan, fundamental ekonomi Hong Kong tetap solid dan karenanya daya saing inti kami tidak akan terguncang. Ekonomi Hong Kong harus dapat pulih setelah epidemi selesai, " katanya.
[Gambas:Video CNN]Virus corona tengah mewabah di China dan beberapa negara dunia. Sampai dengan saat ini, virus sudah membunuh 2.763 orang.
Selain itu, virus juga sudah menginfeksi 78.064 orang lainnya. Tak hanya mengakibatkan korban jiwa, virus juga mengganggu ekonomi sejumlah negara.
Untuk Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut akibat 'infeksi' virus corona, ekonomi dalam negeri mulai lesu pada Januari kemarin.
'Infeksi' salah satunya terlihat dari perlambatan penerimaan perpajakan hingga kepabeanan dan cukai pada awal tahun ini. Ia memaparkan penerimaan perpajakan pada Januari 2020 sebesar Rp84,7 triliun.
Realisasi itu turun dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang masih bisa mencapai Rp90 triliun.
Penerimaan perpajakan itu baru setara 4,5 persen dari target sebesar Rp1.865,7 triliun yang ditetapkan pemerintah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020. Ia menyatakan penerimaan pajak dari sektor perdagangan sebesar Rp22,18 triliun atau hanya tumbuh tipis sebesar 2,6 persen.
Atas masalah tersebut, pemerintah pada Selasa (25/2) kemarin merilis beberapa paket kebijakan ekonomi. Salah satunya, menambah saldo tunjangan sembako murah bagi masyarakat miskin dari yang awalnya Rp150 ribu menjadi Rp200 ribu per bulan.
Ia berharap penambahan tunjangan kartu sembako dapat mendorong konsumsi rumah tangga yang akan memberikan efek berganda (
multiplier effect) ke perekonomian.
(agt)