Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (
BPS) mencatat penurunan cukup kentara pada kinerja
neraca perdagangan nonmigas antara Indonesia dan China sebagai dampak penyebaran
virus corona. Penurunan terjadi di ekspor maupun impor pada Februari 2020.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mencatat realisasi impor nonmigas dari China ke Indonesia hanya senilai US$1,98 miliar pada Februari 2020. Realisasi itu anjlok 49,63 persen dari bulan sebelumnya yang masih mencapai US$3,94 miliar.
Sementara, secara tahunan (year on year), penurunan impor mencapai 35,27 persen, yaitu dari sebesar US$3,07 miliar pada Februari 2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya, ada pengaruh dari covid-19 karena ada
lockdown (Kota Wuhan), ekspor-impor otomatis mempengaruhi realisasi dan ke neraca perdagangan Indonesia dari China," ujarnya, Senin (16/3).
Yunita mengatakan penurunan impor nonmigas dari Negeri Tirai Bambu didominasi oleh plastik dan barang dari plastik mencapai 65,16 persen dari bulan sebelumnya. Kemudian, turut disumbang oleh penurunan impor mesin dan perlengkapan elektrik sebanyak 45,17 persen, serta mesin dan peralatan mekanik 34,33 persen.
Sementara penurunan ekspor nonmigas dari Tanah Air ke China mencapai 11,63 persen dari US$2,11 miliar pada Januari 2020 menjadi US$1,87 miliar pada Februari 2020. Penurunan terjadi di tembaga mencapai 57,42 persen. Diikuti besi dan baja 25,65 persen serta pulp dan kayu 18,77 persen.
Secara tahunan, laju ekspor naik 21,49 persen dari Februari 2019 karena ada perbedaan harga komoditas di pasar dunia.
"Salah satu komoditas yang harganya naik, yaitu emas, secara month-to-month naik 2,31 persen," ungkapnya.
Akibat penurunan ini, Indonesia berhasil memperkecil defisit neraca dagang dari China. Tercatat, defisit dagang Indonesia-China hanya sebesar US$1,94 miliar pada Januari-Februari 2020.
Realisasi ini lebih rendah dari defisit dagang Januari-Februari 2019 yang mencapai US$3,93 miliar. Pun begitu, negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping tersebut tetap menjadi mitra dagang nomor satu bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pangsa pasar ekspor Indonesia ke China masih berkisar 15,33 persen dari total ekspor. Diikuti oleh Amerika Serikat 12,58 persen dan Jepang 8,79 persen.
Sementara, pangsa pasar impor produk China ke Indonesia mencapai 26,76 persen dari total impor yang dilakukan para importir. Gempuran barang impor China lebih tinggi dari Jepang 10,77 persen dan Singapura 6,67 persen.
[Gambas:Video CNN]Penurunan ekspor dan impor sejatinya juga sedikit dirasakan Indonesia dari negara-negara mitra dagang lain. Namun, penurunannya tidak setinggi China.
Penurunan ekspor Indonesia juga terjadi ke India yang turun US$128,5 juta, Taiwan minus US$58 juta, Jerman minus US$34,8 juta, dan Belanda US$26,1 juta.
Sedangkan penurunan impor juga terjadi dari Hong Kong minus US$116,5 juta, Korea Selatan minus US$113,7 juta, Singapura US$102,7 juta, dan Vietnam US$86,4 juta.
Secara keseluruhan, neraca dagang Indonesia surplus US$2,34 miliar secara bulanan pada Februari 2020.Realisasi itu lebih baik dari Januari 2020 yang defisit US$640 juta dan Februari 2019 surplus US$329,9 juta.
(uli/bir)