Sebagian Orang Rela Tiket Pesawat Mahal demi Tahan Corona

CNN Indonesia
Jumat, 17 Apr 2020 06:00 WIB
Penumpang penerbangan asal China harus menjalani pemeriksaan berlapis di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, guna mengantisipasi penyebaran virus novel corona.
Sebagian masyarakat rela jika pemerintah menaikkan harga tiket pesawat dua kali lipat demi menahan penyebaran virus corona. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Dhio Faiz).
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah masyarakat mengaku mendukung rencana pemerintah mengerek naik harga tiket pesawat. Dukungan diberikan guna menahan laju pemudik sehingga memutus mata rantai penularan virus corona (Covid-19).

Nana (24), seorang perantau di ibu kota, menilai kenaikan tarif tiket bakal membuat masyarakat berpikir dua kali untuk mudik ke kampung halaman. Dengan demikian, kebijakan itu akan efektif menahan masyarakat utamanya perantau di DKI Jakarta sebagai zona merah virus corona untuk tidak pulang ke kampung halaman.

"Orang akan berpikir dua kali untuk beli tiket, sehingga dengan tertahannya laju mudik, maka mata rantai virus corona cepat terputus," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, pemerintah menyatakan akan mengerek tarif batas atas (TBA) harga tiket pesawat di tengah penyebaran virus corona. Kenaikan TBA merupakan timbal balik atas kebijakan yang mengharuskan transportasi umum hanya mengangkut 50 persen penumpang dari total kapasitas yang tersedia.

Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 18 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran (Covid-19).

Nana sendiri memutuskan tidak mudik ke kampung halamannya di Medan, Sumatera Utara lantaran khawatir jika dirinya justru menjadi pembawa virus dan membahayakan orang tua maupun saudara di kampung. 

"Saya berencana bakal mudik, karena tahun kemarin saya tidak mudik soalnya masih jadi karyawan baru. Tapi semuanya gagal, tidak apa-apa yang penting virus corona cepat berakhir," katanya.

Senada, perantau asal Solo, Ilham (26), mengaku mendukung kenaikan tiket pesawat demi menahan laju pemudik. Namun, ia mengusulkan bagi mereka yang tetap mudik wajib mengisi formulir persetujuan karantina dan status Orang Dalam Pemantauan (ODP) sesampainya mereka di kampung halaman.

[Gambas:Video CNN]
Dalam hal ini, ia berharap pihak maskapai penerbangan dapat bekerja sama dengan agen penjualan tiket dan pemerintah dalam menyediakan formulir tersebut. Menurutnya, hal tersebut lebih ampuh membendung laju pemudik.

"Setiap maskapai juga aplikasi merchant yang membantu penjualan tiket untuk mengajukan formulir persetujuan bagi calon pembeli apabila mereka hendak bepergian menggunakan pesawat dari daerah dengan status zona merah atau ke daerah dengan status zona merah," ujarnya.

Mahasiswa program magister di DKI Jakarta ini mengaku bertahan di ibu kota demi orang tuanya yang kini berada di usia rentan Covid-19. Padahal ia telah merencanakan jauh-jauh hari untuk mudik lebih awal.

"Kampung halaman tujuan saya itu diperpanjang status KLB-nya dan ada kebijakan ketika pulang harus ikut karantina di gedung yang sudah disediakan pemerintah kota selama 14 hari," katanya.

Datu (27), karyawan swasta asal Toraja juga menyetujui kenaikan tarif pesawat demi menahan laju pemudik di tengah penyebaran virus. Akan tetapi, ia meminta kenaikan ini tak berlaku untuk jasa pengiriman barang utamanya bahan pokok.

"Harga pesawat untuk penumpang tidak masalah dinaikkan, mengingat sebentar lagi hari raya Idul Fitri dengan harapan mengurangi potensi mudik, yang artinya mengurangi potensi penyebaran virus Covid-19," katanya.

Di samping itu, ia mengharapkan pemerintah dapat menjamin pasokan pangan selama masyarakat tidak mudik. Terutama, bagi masyarakat golongan menengah ke bawah maupun yang kehilangan pekerjaan dan pekerja harian yang memilih bertahan di Jakarta.

Serupa dengan Nana dan Ilham, ia memilih bertahan di Jakarta pada Lebaran kali ini lantaran orang tua maupun saudaranya di kampung merupakan kelompok rentan terinfeksi virus corona karena sudah lanjut usia.

"Pemerintah harus menjamin pembagian sembako harus merata ke setiap rumah, jangan hanya yang memiliki KTP Jakarta dan mengawasi apabila dititipkan ke ketua RT atau RW," tuturnya.

(ulf/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER