Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia(BI) sempat melihat hilal
resesi ekonomi dunia seperti ramalan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) belum lama ini. Dampak resesi ekonomi global pun bisa menekan
pertumbuhan ekonomi sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia.
Dalam ramalannya, IMF memperkirakan laju ekonomi dunia akan jatuh dari semula diasumsikan sebesar 3,0 persen menjadi minus 3 persen karena wabah corona. Bahkan, ramalan IMF turut diperkuat oleh proyeksi dari berbagai lembaga ekonomi internasional lain, misalnya Moody's yang memperkirakan ekonomi dunia akan anjlok ke minus 0,5 persen.
"Sebelum IMF mengumumkan waktu itu pun kami melihat ada tanda-tanda ke sana," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo, Jumat (17/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hilai itu kemudian menjadi bahasan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Komite berisikan Kementerian Keuangan, BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Dari situ, sambungnya, KSSK membuat berbagai skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Mulai dari skenario berat dengan asumsi ekonomi nasional hanya tumbuh 2,3 persen hingga skenario sangat berat minus 0,4 persen.
"Itu kemudian menjadi bahasan kami bersama. Skenario itu bukan proyeksi, tapi
what if scenario," imbuhnya.
Dari skenario tersebut, katanya, KSSK pun membuat berbagai opsi kebijakan yang bisa ditempuh. Tujuan utama agar penurunan ekonomi hanya mencapai skenario berat, bukan sangat berat.
Selain merancang kebijakan, KSSK, katanya, juga terus melakukan pemantauan terhadap kondisi ekonomi global dan nasional dari waktu ke waktu. Pemantauan juga dilakukan pada proyeksi terbaru dari berbagai lembaga internasional dan kebijakan dari pemerintah serta bank sentral negara-negara di dunia.
[Gambas:Video CNN]"Kami lihat juga bagaimana stimulus fiskal di Eropa, di AS, dan lainnya, bagaimana kebijakan The Fed, ECB (bank sentral Eropa), dan lainnya, bagaimana pencegahan Covid-19 di AS, Jerman, dan lainnya. Jadi ada langkah lanjutan," terangnya.
Perry mengatakan hal ini dilakukan agar kebijakan yang dikeluarkan tetap sesuai dengan dinamika yang ada. Kendati begitu, sampai saat ini, Perry masih meyakini bahwa ekonomi Indonesia bisa dijaga di level skenario berat.
"Kami akan upayakan ekonomi kita akan mencapai 2,3 persen dengan berbagai langkah kebijakan," tuturnya.
(uli/sfr)