BI Soal Minyak Anjlok: Bebani Rupiah Tapi Bagus untuk Ekonomi

CNN Indonesia
Rabu, 22 Apr 2020 20:40 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), di ruang Aula Djuanda, Lt. Mezzanine, Kementerian Keuangan. Jakarta.  Rabu (22/1/2020). CNN Indonesia/Andry Novelino
BI menilai anjloknya harga minyak mentah dunia akan membebani pergerakan nilai tukar rupiah. (CNN Indonesia/ Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menilai anjloknya harga minyak mentah dunia akan terus membebani pergerakan nilai tukar rupiah secara teknikal pada pekan ini. Namun, penurunan harga minyak dunia secara menyeluruh akan berdampak baik bagi perekonomian Tanah Air.

Pada perdagangan hari ini, harga minyak mentah Brent turun 9,73 persen menjadi US$17,45 per barel dan harga minyak mentah WTI merosot 6,83 persen menjadi US$10,78 per barel. Sementara nilai tukar rupiah bergerak di rentang Rp15.450 sampai Rp15.585 per dolar AS sepanjang hari ini.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan penguatan kurs rupiah pada pekan lalu seharusnya bisa berlanjut pada pekan ini. Sebab, secara fundamental, tingkat inflasi, defisit transaksi berjalan, dan masuknya aliran modal asing (capital inflow) ke dalam negeri mendukung penguatan rupiah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya, kurs rupiah justru berbalik melemah pada pekan ini akibat faktor teknikal berupa anjloknya harga minyak mentah dunia. Kondisi tersebut bahkan menutup sentimen positif dari global berupa pembukaan lockdown di Amerika Serikat dan beberapa negara di kawasan Eropa.

"Hari ini dan kemarin melemah karena teknikal harga minyak jatuh akibat perselisihan Rusia dan Arab Saudi, masalah geopolitik Korea Utara juga berpengaruh," ujar Perry, Rabu (22/4).

Kendati membebani rupiah, namun Perry mengatakan penurunan harga minyak dunia sejatinya memberi dampak positif bagi perekonomian nasional. Dari sisi moneter, Perry melihat penurunan harga minyak dunia akan menurunkan defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD).

"Indonesia adalah negara pengimpor minyak, sehingga harga yang murah akan mengurangi defisit neraca perdagangan dan perbaiki defisit transaksi berjalan," ungkapnya.

Sementara dari sisi fiskal, penurunan harga minyak dunia akan membuat nominal pengeluaran belanja negara guna memberikan subsidi energi ke masyarakat jadi berkurang. Namun memang, penurunan harga minyak akan menurunkan penerimaan Pajak Penghasilan minyak dan gas (PPh migas).

"Secara net, dampaknya positif ke ekonomi, dari sisi moneter dan fiskal," tuturnya.

[Gambas:Video CNN]

(uli/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER