Jakarta, CNN Indonesia -- Maskapai asal Irlandia
Ryanair berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (
PHK) massal dalam waktu dekat. Hal itu dilakukan perusahaan untuk bertahan di tengah pandemi
virus corona.
Dilansir
CNNInternational, Ryanair akan mengurangi hingga tiga ribu karyawan mulai dari pilot hingga kru kabin pesawat. PHK massal ini mencapai 15 persen dari total pegawai Ryanair.
Selain itu, manajemen perusahaan akan memberlakukan pemotongan gaji hingga 20 persen untuk karyawan yang tidak kena PHK.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maskapai berbiaya rendah (LCC) tersebut juga hanya akan mengoperasikan tidak sampai satu persen armada mereka sepanjang Juni mendatang.
Dalam pernyataannya pada Jumat (1/5) lalu, manajemen perusahaan menyatakan proses restrukturisasi ini akan berlangsung mulai Juli 2020.
Ryanair biasanya mengoperasikan penerbangan dengan tarif rendah ke lebih dari 200 destinasi yang kebanyakan berada di Eropa. Namun, layanan ini terganggu akibat pandemi covid-19 dan sektor penerbangan diperkirakan sangat terpukul karena merosotnya jumlah turis lokal maupun asing yang melakukan perjalanan wisata.
Perwakilan maskapai dengan jumlah penumpang terbesar ketiga di Eropa itu memperkirakan hanya akan ada total 150 ribu penumpang dari periode April sampai Juni. Angka ini jauh dari target 42,4 juta di periode yang sama.
Sedangkan untuk periode Juli sampai September, pihak maskapai memperkirakan angka penumpang tidak akan sampai 50 persen dari target 44,6 juta penumpang.
[Gambas:Video CNN]"Ryanair memperkirakan permintaan penumpang dan harga (yang sama dengan 2019) membutuhkan waktu setidaknya dua tahun, atau paling cepat pertengahan Juni 2022," bunyi pernyataan manajemen yang juga menyatakan merugi hingga lebih dari 100 juta euro atau setara Rp1,6 triliun dari April hingga Juni.
Sebelumnya, salah satu maskapai penerbangan terbesar di Eropa, British Airways, telah lebih dulu mengumumkan rencana memangkas sekitar 12 ribu pegawai. Pengurangan belasan ribu karyawan ini berarti lebih dari seperempat pegawai maskapai yang melayani 183 rute tersebut.
Sementara itu, Lufthansa Group sudah memangkas sebanyak tiga ribu penerbangan harian dan 92 persen armada penerbangan asal Jerman itu tidak terbang. Restrukturisasi juga berdampak pada pengurangan jam kerja terhadap 80 ribu pegawai.
(jal/sfr)