Industri Migas Tak Akan Impor Walau Harga Minyak Turun

CNN Indonesia
Rabu, 13 Mei 2020 22:23 WIB
Pemandangan tempat penampungan minyak di Tanjung Sekong, Banten, Rabu (23/3). Kementerian ESDM menyatakan kemungkinan turunnya harga premium dan solar jika melihat parameter harga minyak dunia yang terus berada pada kisaran 30 dolar AS per barel dan nilai tukar rupiah yang stabil pada kisaran Rp13.000 per dolar AS. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/ama/16.
Industri hulu migas nasional tidak akan melakukan impor dan tetap produksi di tengah menurunnya harga minyak dunia. Ilustrasi. (Antara Foto/Rosa Panggabean).
Jakarta, CNN Indonesia -- Industri hulu migas nasional seperti Pertamina maupun Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lain bertekad tidak akan melakukan impor di tengah menurunnya harga minyak dunia. Mereka memilih untuk tetap berproduksi.

Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA) Marjolijn Wajong mengatakan Pertamina dan industri migas lain tetap melakukan operasional dan tidak akan menghentikan produksi. Padahal, kondisi saat ini sangat sulit. Apalagi saat ini virus corona tengah mewabah.

"Tidak mungkin Pertamina dan KKKS lain mengalihkan ke impor, semata-mata hanya untuk mendapatkan harga murah. Bisa jadi produksi memang menurun karena berbagai kendala akibat pandemi covid-19. Tetapi, industri migas harus tetap beroperasi," katanya dikutip dari Antara, Rabu (13/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, sejumlah kendala tentu akan dihadapi untuk berproduksi. Kesulitan salah satunya terjadi pada proses membawa barang sehingga terlambat datang.

Selain itu, perusahaan juga perlu memastikan orang yang terlibat produksi di lapangan sehat.

"Karena bisa saja, ketika barang akan dibawa tetapi orangnya sedang dikarantina," kata Meity.

Menurutnya apapun kendalanya, industri migas harus tetap beroperasi karena pada dasarnya produksi domestik harus maksimal supaya tidak mengganggu ekonomi nasional.

Jika industri migas berjalan, tambahnya, industri pendukung seperti penyedia kapal, barang-barang operasi, seperti valve, pipa, pompa, dan berbagai jasa lain bisa tetap beroperasi.

"Karena tidak mungkin kami beroperasi tanpa industri pendukung. Dengan demikian, bukan hanya industri migas yang tetap baik, tetapi ekonomi berbagai sektor juga tetap bergerak. Orang-orang masih bekerja, kegiatan ekonomi tetap berjalan. Jadi, multiplier effect-nya memang banyak," kata dia.

Dengan tetap berproduksi, menurut dia, karyawan juga masih membayar pajak kepada negara. "Jadi, jangan hanya melihat harga minyak dunia turun terus melakukan menghentikan produksi dan beralih ke impor. Kami melihat lebih luas. Kami juga tidak ingin terjadi lay off massal," ujarnya.

[Gambas:Video CNN]

(age/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER