Jakarta, CNN Indonesia -- Ibarat ada gula ada semut, persiapan jelang lebaran rasanya tak lengkap tanpa
Pasar Tanah Abang. Maklum saja, berbagai keperluan umat muslim jelang Hari Raya
Idul Fitri ada di
pusat perbelanjaan di tengah ibu kota Jakarta itu.
Mulai dari pakaian muslim berbagai gaya, perlengkapan salat, amplop THR, hingga kurma dan kue kering pun ada. Harga yang ditawarkan pun masuk ke kantong masyarakat dari berbagai kelas.
Maka tak heran bila Tanah Abang selalu menjadi perhatian jelang lebaran. Bahkan, pasar ini kerap menjadi barometer geliat perdagangan di Asia Tenggara karena merupakan yang terbesar di kawasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin memperkirakan perputaran uang di Tanah Abang mencapai Rp200 miliar per hari. Estimasi ini berasal dari sekitar puluhan ribu kios yang ada di pasar tersebut.
"Sudah ada pencatatan digital biasanya sudah ada transaksi virtual per harinya bisa mencapai Rp200 miliar per hari semua blok" ungkap Arief, beberapa waktu lalu.
Perputaran uang di Tanah Abang pun tak hanya dirasakan oleh pedagang dan masyarakat sekitar berdirinya pasar. Sebab, pasar ini menjadi pusat pembelian grosir bagi pedagang eceran di daerah.
Artinya, bisnis di Tanah Abang turut mengalir ke daerah-daerah di Indonesia. Lagi-lagi, khususnya ketika jelang lebaran yang ibarat musim panen bagi para pedagang.
Sayangnya, potensi perputaran uang itu harus menyusut pada tahun ini karena tertekan dampak ekonomi dari pandemi virus corona atau covid-19. Keberadaan virus yang berasal dari China itu membuat pemerintah pusat dan daerah mau tidak mau harus melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
[Gambas:Video CNN]Hal ini selanjutnya menimbulkan kebijakan larangan pengoperasian Pasar Tanah Abang dan pedagang, termasuk jelang lebaran. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria memastikan pemerintah akan tetap melarang pedagang berjualan selama PSBB berlaku.
Pasalnya, pemerintah tak ingin ada kerumunan yang berpotensi membuat kasus positif virus corona mudah menyebar dan bertambah. "Apalagi saat corona gini (PKL Tanah Abang) kita semua ditertibkan, tidak boleh dagang," ujar Riza.
Masalahnya, Tanah Abang bukan hanya penghidupan bagi pedagang di dalamnya, namun juga konsumsi masyarakat yang selama ini giat menopang pertumbuhan ekonomi. Maka, pengeluaran masyarakat di kelompok sandang pun mungkin menciut dibanding lebaran sebelumnya.
(sfr)