Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Utama PT
Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo memastikan bahwa operasional kereta commuter line (
KRL) Jabodetabek telah menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan
Covid-19.
Salah satunya mengatur jarak fisik antar penumpang dalam gerbong kereta sejak diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Kereta commuter pada umumnya di situasi biasa itu bisa menampung 200 penumpang ada yang duduk ada yang berdiri dalam situasi seperti ini kami menerapkan protokol 1 kereta hanya terisi 60 sampai 70 orang," ujar Didiek dalam Dialog Respon Covid-19 yang digelar BNPB, Kamis (21/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, jarak duduk dan berdiri antar penumpang juga diatur dengan memberikan tanda atau gambar area untuk duduk dan berdiri. "Apabila ini melebihi, para petugas kami siap mengatur penumpang ke kereta lainnya," imbuh Didiek.
Manajemen stasiun
commuter line, lanjut Didiek, juga telah ditugaskan untuk melarang masuk setiap penumpang yang tak memakai masker.
"Kalau ada yang tidak pakai masker akan diberi masker. Kemudian sebelum kereta itu diberangkatkan, kami bersihkan dengan cara semprot terlebih dahulu sehingga pegawai kami
front liner hingga saat ini masih tetap sehat dan bisa melayani dengan baik," tuturnya.
Petugas juga akan melakukan pengecekan suhu tubuh para penumpang menggunakan
thermal scanner. Jika kondisi suhu tubuh penumpang tinggi, kata Didiek, maka yang bersangkutan akan dibawa ke tempat isolasi yang telah disediakan di stasiun.
Untuk memastikan tidak adanya penumpukan penumpang dan antrean di stasiun, operator stasiun juga telah diminta untuk memberangkatkan kereta di stasiun-stasiun ujung lebih awal, yakni sekitar pukul 04.00 WIB.
[Gambas:Video CNN]Kebijakan ini diambil setelah terjadinya penumpukan penumpang di stasiun Bogor ketika operasional commuter Line dibuka pukul 06.00 WIB di awal penerapan PSBB.
"Kebiasaan para penumpang kami di stasiun ujung itu memang bersiap sejak jam 4 pagi, setelah kami berkonsultasi dengan gugus tugas dan Kementerian Perhubungan maka kereta commuter kami berangkat lebih awal," jelas Didiek.
Didiek berharap warga Jabodetabek yang menggunakan
commuter line hanya lah orang-orang yang mendapat pengecualian untuk bisa tetap ke kantor. Meskipun, kata dia, kereta
commuter line mengalami penurunan drastis jumlah penumpang sejak PSBB diterapkan.
"Yang berpergian juga berkurang karena pada kondisi normal commuter itu mengangkut 1 juta sampai 1,1 juta. Tapi sekarang penumpang kami hanya 180 sampai 200 ribu," pungkasnya.
(hrf/agt)