Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Central Asia Tbk atau
BCA mencatatkan
laba bersih konsolidasi sebesar Rp6,6 triliun atau naik satu digit sebesar 8,6 persen pada kuartal I 2020. Pertumbuhannya melambat dibandingkan kuartal I 2019 yang mencapai dua digit, yakni 10,1 persen.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pertumbuhan laba ditopang oleh penyaluran kredit yang meningkat sebesar 12,3 persen menjadi Rp612,2 triliun. Kenaikan penyaluran kredit khususnya didorong oleh kredit korporasi yang meningkat 25,4 persen menjadi Rp260,4 triliun.
"Kemudian kredit komersial dan UKM naik 5 persen menjadi Rp191,2 triliun, kredit konsumer tumbuh moderat sebesar 3 persen menjadi Rp154,9 triliun," ucap Jahja dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (27/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia merinci kredit konsumer terdiri dari kredit pemilikan rumah (KPR) yang tumbuh 7 persen menjadi Rp92,5 triliun, kredit kendaraan bermotor (KKB) turun 2,1 persen menjadi Rp47,2 triliun, dan outstanding kartu kredit turun 3,7 persen menjadi Rp12,4 triliun.
"Posisi permodalan BCA solid dengan likuiditas yang sehat. Sepanjang kuartal I 2020 kami mencatat pertumbuhan kredit yang positif terutama didukung segmen korporasi," kata Jahja.
Di samping itu, sambung Jahja, pembiayaan syariah tercatat naik 19,8 persen menjadi Rp5,7 triliun. Lalu, pembiayaan untuk kegiatan usaha berbasis lingkungan juga meningkat 17 persen menjadi Rp118,6 triliun.
Di tengah pertumbuhan kredit, Jahja mengklaim rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) bisa dijaga di level 1,6 persen pada akhir Maret 2020. Sementara, rasio kecukupan modal berada di angka 22,5 persen.
Selanjutnya, ia menjelaskan perusahaan juga melakukan restrukturisasi kredit kepada sejumlah debitur yang terdampak penyebaran virus corona. Jahja memaparkan perseroan merestrukturisasi kredit sebesar Rp65 triliun-Rp82,6 triliun hingga pertengahan Mei 2020.
[Gambas:Video CNN]"Angka itu setara dengan 10 persen-14 persen dari keseluruhan portofolio kredit yang berasal dari sekitar 72 ribu debitur atau 10 persen dari total debitur seluruh segmen," jelas Jahja.
Ia menambahkan bahwa jumlah kredit yang akan direstrukturisasi semakin banyak dalam beberapa bulan ke depan. Berdasarkan hitungan perusahaan, ada sekitar 20 persen-30 persen dari total kredit yang berasal dari 250 ribu-300 ribu yang akan direstrukturisasi.
(aud/sfr)