Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (
BPS) mencatat
inflasi Mei 2020 merupakan yang terendah sejak 1978 silam. Padahal, biasanya inflasi pada momen ramadan dan
lebaran tinggi lantaran permintaan yang meningkat.
Tingkat inflasi pada Mei 2020 atau lebaran tahun ini hanya 0,07 persen. Angkanya terbilang rendah dari tahun-tahun sebelumnya.
"Iya, inflasi lebaran Mei 2020 ini terendah sejak 1978. Dalam kondisi normal bahwa inflasi tinggi setiap mau lebaran kan," ujar Direktur Statistik Harga BPS Nurul Hasanudin kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (2/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyatakan ramadan pada 1978 silam jatuh pada Agustus dan lebaran berlangsung pada 4 September. Pada Agustus 1978 silam, tercatat inflasi sebesar 1,28 persen, tapi September 1978 justru deflasi 1,19 persen.
Setelah itu, inflasi saat lebaran selalu tinggi pada tahun selanjutnya. Lebaran pada 1979 misalnya, yang jatuh pada 23 Agustus. Pada Juli 1979, inflasi tercatat hanya 1,81 persen,
Namun, Agustus 1979 inflasinya melonjak menjadi 3 persen. Hal ini dikarenakan ada kenaikan permintaan jelang Lebaran.
Hal yang sama terjadi pada 1980. Pada Juli 1980, inflasi tercatat sebesar 1,1 persen, namun angkanya naik pada Agustus 1980 karena ada momen lebaran menjadi 1,19 persen.
Lalu, tahun lalu, lebaran jatuh pada Juni. Saat itu, inflasi tercatat sebesar 0,55 persen. Angkanya jauh lebih tinggi ketimbang inflasi lebaran tahun ini yang hanya 0,07 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan ada penurunan permintaan selama ramadan hingga lebaran tahun ini. Hal itu terjadi karena ada kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah demi menekan penularan virus corona di dalam negeri.
"Karena PSBB, maka aktivitas sosial turun, pendapatan masyarakat turun. Itu yang mengakibatkan permintaan turun," kata Suhariyanto.
Suhariyanto mengatakan inflasi tertinggi berasal dari kelompok transportasi dengan andil 0,1 persen dan inflasi 0,87 persen. Sumbangan inflasi lainnya berasal dari kelompok kesehatan dengan andil 0,01 persen dan inflasi sebesar 0,27 persen.
Lalu, inflasi lainnya terjadi di kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,12 persen. Kemudian, kelompok penyediaan makanan dan minuman juga tercatat inflasi sebesar 0,08 persen.
Namun, kelompok makanan, minuman, dan tembakau justru tercatat deflasi sebesar 0,32 persen. Deflasi terjadi karena ada penurunan harga di sejumlah komoditas. "Yang menyumbang deflasi itu cabai merah dan telur ayam ras," pungkas Suhariyanto.
[Gambas:Video CNN] (aud/bir)