Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks harga konsumen (IHK)
China naik 2,4 persen pada Mei lalu. Indikator
inflasi itu di bawah proyeksi analis 2,6 persen dan melemah dibandingkan bulan sebelumnya, 3,3 persen.
Dilansir dari
AFP, Rabu (10/6), Ahli Statistik Senior Biro Statistik China Dong Lijuan mengungkapkan inflasi melandai karena perlambatan inflasi pangan seiring meningkatnya pasokan bahan pangan segar ke pasar dan daging babi.
Sebagai pengingat, inflasi konsumen China mendekati level tertingginya dalam delapan tahun terakhir pada awal tahun ini. Salah satu pemicu utamanya adalah harga daging babi yang melesat karena serangan flu babi afrika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bulan lalu, harga daging babi meningkat 81,7 persen secara tahunan. Angka itu di bawah kenaikan April 96,9 persen dan lonjakan tertinggi pada Maret, 116,4 persen.
Sementara itu, tingkat harga pabrikan China pada Mei lalu berada di level terendah dalam empat tahun terakhir. Kondisi itu tak lepas dari pandemi virus corona yang menghantam permintaan.
Biro Statistik China mencatat indeks harga produsen (PPI), indikator harga barang di tingkat pabrik, merosot 3,7 persen secara tahunan bulan lalu. Realisasi tersebut lebih buruk dari hasil proyeksi survei Bloomberg, minus 3,2 persen, dan lebih rendah dari realisasi April, 3,1 persen.
Pabrik di China tengah berupaya bangkit dari kontraksi tajam pada tiga bulan pertama tahun ini karena pandemi virus corona. Sebagai catatan, wabah itu membuat aktivitas industri China tertahan demi mencegah penyebarannya.
Kendati demikian, penyebaran virus secara global membuat permintaan dari mitra dagang utama China merosot. Imbasnya, harga pabrikan merosot.
Selain itu, Dong mengungkapkan penurunan PPI juga tak tepas dari menurunnya harga minyak dan komoditas utama lain.
[Gambas:Video CNN] (sfr/bir)