Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (
BPS) mencatat nilai
impor Indonesia sebesar US$8,44 miliar pada Mei 2020 merupakan yang terendah sejak 2009. Sumbangan impor turun drastis karena anjloknya impor dari China mencapai US$1,41 miliar.
Data BPS mencatat realisasi impor terendah Indonesia dalam 10 tahun terakhir mencapai titik terendah sekitar US$7,85 miliar pada Mei 2009. Sejak saat itu, impor selalu di atas angka tersebut. Misalnya, pada Mei 2019, impor Indonesia masih berkisar US$14,61 miliar. Bahkan, pada Mei 2018 mencapai US$17,66 miliar.
"Impor Mei 2020 turun 42,2 persen bila dibandingkan Mei 2019. Kalau dilacak ke belakang, itu jadi yang terendah sejak 2009," kata Kepala Suhariyanto, Senin (15/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan realisasi impor turun jauh pada bulan lalu karena dampak pandemi virus corona atau covid-19. Sebab, pandemi membuat sejumlah aktivitas ekonomi menurun, khususnya di industri.
"Penurunan tidak lepas dari covid-19 yang melanda banyak negara. Banyak negara akan mengalami kontraksi ekonomi karena pembatasan sosial, pelemahan daya beli, dan berbagai masalah lain," terangnya.
Selain itu, menurutnya, penurunan impor juga karena faktor musiman, di mana biasanya impor lebih rendah pada bulan pelaksanaan Hari Raya Idulfitri atau lebaran. Sebab, peningkatan impor sudah terjadi pada bulan sebelumnya ketika memasuki ramadan.
Begitu pula dengan sumbangan impor dari Negeri Tirai Bambu ke Tanah Air. Padahal, China merupakan rekan kerja sama impor terbesar bagi Indonesia.
"Penurunan impor barang konsumsi diantara jeruk mandarin dari China," katanya.
Kendati begitu, BPS mencatat sumbangan impor dari China tetap menjadi yang nomor satu dari total impor Indonesia. Tercatat, impor dari China mencapai US$14,99 miliar atau 28,13 persen dari total impor nasional.
"Impor utama dari China berupa barang putih," tuturnya.
Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia mencatat defisit dari China mencapai US$4,6 miliar pada Januari-Mei 2020. Defisit ini lebih kecil dari US$8,46 miliar pada Januari-Mei 2019.
Di sisi lain, BPS mencatat ekspor Indonesia juga turun 13,4 persen secara bulanan menjadi US$10,53 miliar pada Mei 2020. Penurunan ekspor pada Mei menjadi yang terendah sejak Juli 2016, yaitu berkisar US$9,6 miliar.
Secara total, neraca perdagangan Indonesia surplus US$2,09 miliar secara bulanan pada Mei 2020. Sementara neraca perdagangan Januari-Mei 2020 surplus US$4,31 miliar. Suhariyanto berharap kondisi tatanan hidup baru (new normal) akan memperbaiki kondisi perdagangan Indonesia ke depan. Begitu pula dengan negara-negara mitra dagang di dunia.
"Kami berharap dengan kondisi new normal nanti, ekonomi akan meningkat, namun dengan catatan masyarakat harus disiplin menerapkan protokol kesehatan, sehingga ekonomi bergerak," pungkasnya.
[Gambas:Video CNN]
(uli/age)