Realisasi Pembiayaan Utang Semester I 2020 Tembus Rp421 T

CNN Indonesia
Kamis, 09 Jul 2020 19:44 WIB
Petugas menyiapkan uang untuk pengisian ATM di cash center PT Bank Negara Indonesia (BNI) Persero, Jakarta, Kamis, 20 Desember 2018. Demi optimalisasi layanan selama libur Natal 2018 dan Tahun Baru 2019, BNI menyediakan uang tunai rata-rata sebesar Rp 16,6 triliun per minggu untuk memenuhi kebutuhan uang tunai di mesin ATM dan outlet CNNIndonesia/Safir Makki
Kemenkeu sebut realisasi pembiayaan utang semester I 2020 sudah tembus Rp421 triliun. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat realisasi pembiayaan utang sepanjang semester I 2020 mencapai Rp421,5 triliun yang terdiri dari penerbitan SBN (neto) Rp430,4 triliun dan pinjaman (neto) negatif Rp8,9 triliun.

Kebijakan pembiayaan utang tersebut sejalan dengan pelebaran defisit dan kebutuhan pendanaan Program Pemulihan Ekonomi (PEN) yang berada di kisaran 6,34 persen terhadap PDB sesuai Perpres 72/2020.

"Kami berharap Indonesia tetap bisa menjaga kredibilitas kebijakan sehingga kita bisa mendapatkan confident dan penurunan yield yang kami issued di dalam penangan Covid yang membutuhkan defisit jauh lebih besar yakni 6,34 persen," ucap Sri Mulyani di Badan Anggaran DPR, Kamis (9/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penarikan utang pemerintah di semester I lalu merupakan yang tertinggi dalam kurun lima tahun terakhir. Maklum, berdasarkan catatan Kementerian Keuangan, pada periode sama pada 2016 hingga 2019 pembiayaan utang masing-masing hanya sebesar Rp278,1 triliun (2016), Rp207,8 triliun (2017), Rp180,2 triliun (2018), dan Rp181,2 triliun (2019).

Sri Mulyani menjelaskan hampir semua negara memberikan stimulus dengan skema extraordinary dan dengan ukuran yang luar biasa pada tahun ini karena virus corona.

Indonesia, dengan total anggaran pemulihan ekonomi hingga Rp677,2 triliun perlu melakukan pelebaran defisit sebagai bagian merupakan bagian dari pelaksanaan kebijakan countercyclical.

"Di mana ketika ekonomi melemah, Pemerintah perlu step in untuk memberikan stimulus untuk perbaikan ekonomi," tuturnya.

Meski demikian, Sri Mulyani menyampaikan bahwa pembiayaan anggaran dengan adanya defisit yang sangat tinggi tetap dilakukan dengan hati-hati.

"Kebijakan pembiayaan utang dilakukan dengan terus melihat kondisi market dari SBN dalam negeri dan pelaksanaan SKB dengan bank Indonesia dalam rangka burden sharing," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]



(hrf/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER