United Airlines merugi US$1,6 miliar atau sekitar Rp23,4 triliun (kurs Rp14.642 per dolar AS) sepanjang kuartal II 2020 karena terpukul pandemi virus corona.
Pendapatan maskapai asal AS ini turun hampir 90 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. United menegaskan pembatasan perjalanan di AS karena kasus corona yang masih memuncak bisa memperlambat pemulihan perusahaan.
Pasalnya, hingga saat ini perusahaan masih belum 100 persen menjalankan kembali pesawatnya. Begitu pula dengan penjualan tiket yang masih jauh dari normal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berharap United mencatat kerugian lebih sedikit dan mengurangi 'bakar uang' yang lebih rendah daripada pesaing jaringan besar kami," kata CEO Scott Kirby dalam sebuah pernyataan.
Dikutip dari CNN, jika dihitung, United mengalami kerugian US$40 juta per hari. Menurut mereka jumlah ini sudah menurun jika dibandingkan pada April lalu mencapai US$100 juta per hari.
Kirby memaparkan perusahaan berusaha dengan cepat dan akurat membuat proyeksi dampak pandemi covid-19 terhadap permintaan penumpang dan kargo.
Dengan antisipasi tersebut, United memperkirakan dapat menekan pengeluaran harian menjadi US$25 juta per hari pada kuartal berikutnya.
Proyeksi tersebut membuat mereka menyesuaikan jadwal penerbangan dan menyelesaikan pembiayaan utang terbesar dalam sejarah penerbangan. Selain itu, mereka akan memotong biaya di seluruh bisnis mereka.
Dari sisi tenaga kerja, United memperingatkan puluhan ribu pekerjanya bisa terdampak pada Oktober mendatang jika tidak ada perubahan kondisi.
Agar tetap bisa bertahan hingga saat ini, United menggadaikan program frequent flier untuk pinjaman bank. Perusahaan mengatakan bahwa sejak krisis covid-19 dimulai, perusahaan itu mengumpulkan total US$16,1 miliar melalui penawaran utang, menerbitkan saham dan hibah serta pinjaman federal.
Perusahaan masih mempertimbangkan apakah akan menerima pinjaman baru dari Departemen Keuangan.
United dan maskapai besar lain telah berusaha menekan kecemasan terhadap masa depan industri penerbangan selama pandemi virus corona. Bulan lalu, sebagai besar maskapai AS mengumumkan mereka akan melarang penumpang yang tidak mau menggunakan face shield.
Selain itu, United pun telah meningkatkan sirkulasi udara dalam pesawat selama naik dan turun penumpang. Namun, petugas medis mengatakan terbang di masa pandemi tidak bisa menghindari risiko.
Sehingga, petugas medis menyarankan untuk calon penumpang tetap tinggal di rumah. Dengan imbauan tersebut, hingga saat ini lalu lintas bandara di Amerika Serikat masih turun hingga 70 persen pada Juli jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.