Moody's Investors Service, lembaga pemeringkat internasional memperkirakan pendapatan para perusahaan di Indonesia akan turun hingga 50 persen pada 2020 dibandingkan pendapatan pada 2019. Penurunan pendapatan terjadi akibat tekanan ekonomi di tengah pandemi virus corona atau covid-19.
Analis Moody's Stephanie Cheong mengatakan potensi penurunan pendapatan terjadi karena pandemi virus corona menekan permintaan konsumsi masyarakat. Selain itu, juga turut menekan harga komoditas di pasar internasional.
"Kami memperkirakan indikator keuangan melemah di 2020 sebelum akhirnya pulih secara bertahap pada 2021, meskipun pendapatan akan tetap lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya," ungkapnya dalam laporan terbaru Moody's, Kamis (30/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam laporannya, Moody's memproyeksi penurunan pendapatan mencapai 50 persen akan dialami oleh perusahaan di bidang perhotelan dan properti berorientasi ritel, seperti pusat perbelanjaan atau mal. Misalnya, PT Pakuwon Jati Tbk dengan peringkat kredit Ba2 stable saat ini dan Lippo Malls Indonesia Retail dengan peringkat B1 negatif.
Selanjutnya, proyeksi penurunan pendapatan sebesar 40 persen akan terasa di perusahaan properti lainnya. Sementara pendapatan perusahaan di sektor minyak, gas, pertambangan, dan jasa pertambangan diramal turun 30 persen sampai 35 persen pada 2020 dan 10 persen sampai 25 persen pada 2021.
Sedangkan pendapatan perusahaan tekstil diperkirakan berkurang 20 persen. Secara total, rata-rata pendapatan perusahaan nasional akan melorot 20 persen pada 2020 dan 10 persen pada 2021.
Risiko penurunan pendapatan juga akan terjadi di perusahaan sektor perkebunan kelapa sawit, meski tidak begitu tinggi. Sebab, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oils/CPO) justru tengah meningkat.
Hanya saja, para perusahaan di sektor ini akan mendapat tantangan dari sisi operasional dan tata kelola di masa pandemi. Selain itu, juga memiliki kewajiban untuk mempertahankan kualitas kredit atas utang mereka.
Tekanan kualitas kemungkinan akan dialami oleh PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk dengan peringkat kredit negatif B3 saat ini dan PT Tunas Baru Lampung Tbk dengan peringkat Ba3 negatif akibat turunnya permintaan konsumsi produk minyak sawit di dalam negeri.
Di sisi lain, Moody's memperingatkan ada masalah lain yang akan dihadapi oleh korporasi di Tanah Air, yaitu tagihan pembayaran pokok dan bunga surat utang (obligasi). Sebab, Moody's mencatat sekitar 42 persen dari total surat utang korporasi berdenominasi dolar AS akan jatuh tempo pada Desember 2022.
"Risiko terbesar akan dihadapi oleh perusahaan-perusahaan di sektor properti dan pertambangan," pungkasnya.