Survei Price Waterhouse Cooper (PwC) mengungkapkan pandemi Covid-19 telah menekan pendapatan rumah tangga masyarakat Indonesia. Tercatat, sebanyak 65 persen masyarakat Indonesia mengaku pendapatannya berkurang akibat pandemi Covid-19.
Retail and Consumer Leader PwC Peter Hohtoulas mengatakan 31 persen responden mengaku masih memiliki pendapatan stabil. Sedangkan, hanya 4 persen dari responden yang mengaku pendapatannya bertambah selama pandemi berlangsung.
Menariknya, persentase masyarakat yang terdampak negatif finansialnya akibat pandemi di Indonesia lebih besar dibandingkan rata-rata global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mencatat 65 persen konsumen Indonesia dan 45 persen secara global mengalami penurunan pendapatan rumah tangga," ujarnya, Kamis (13/8).
PwC pun menemukan sejumlah penyebab penurunan pendapatan rumah tangga Indonesia. Meliputi, penurunan pendapatan akibat kehilangan pekerjaan dan jam kerja berkurang sebanyak 63 persen.
Jika dibandingkan persentase global, kasus yang dialami masyarakat Indonesia lebih tinggi. Secara global, masyarakat dengan pengalaman serupa hanya sekitar 40 persen.
Selain itu, sejumlah pelaku usaha juga mengakui pendapatan berkurang karena event, liburan, maupun aktivitas lain yang terpaksa dibatalkan karena pandemi, mencapai 21 persen. Untuk kasus serupa secara global mencapai 23 persen.
Menariknya, sebanyak 63 persen masyarakat yang disurvei mengaku pengeluaran rumah tangga justru bertambah. Misalnya, untuk makanan dan listrik. Kondisi serupa juga terjadi secara global, meskipun persentasenya lebih kecil yakni 41 persen.
Namun, 21 persen masyarakat mengakui pengeluaran untuk acara sosial berkurang. Secara global, 49 persen responden mengakui mereka mengalami kondisi serupa.
"Dampak Covid-19 mengubah rencana seseorang, rantai pasok, dan arus kas sangat sulit. Apalagi di negara yang sangat terdampak covid-19," katanya.
Survei PwC menemukan optimisme konsumsi pada masyarakat Indonesia usai pandemi. Sebanyak 64 persen responden mengaku akan melakukan konsumsi lebih jika Covid-19 berakhir.
Jumlah ini lebih besar dibandingkan hasil survei secara global yakni hanya 33 persen konsumen mengaku akan konsumsi lebih banyak.
Lihat juga:Covid-19 Bikin Perjanjian Dagang Terkendala |
"Menurut data, kebanyakan datang dari milenial dan generasi X. Jadi kaum muda di Indonesia, yang tentunya Indonesia punya populasi penduduk muda yang relatif banyak, menumbuhkan keyakinan jumlah pembelian barang dan layanan tetap besar (usai Covid-19)," katanya.
Sementara itu, 19 persen responden Indonesia mengaku akan melakukan konsumsi dalam jumlah yang sama. Sedangkan 17 persen dari mereka mengaku akan mengurangi konsumsi.
Secara global, 32 persen responden Indonesia mengaku akan melakukan konsumsi dalam jumlah yang sama. Sedangkan, 36 persen dari mereka mengaku akan mengurangi konsumsi.