Harga Minyak Keok Usai IEA Pangkas Proyeksi Permintaan

CNN Indonesia
Jumat, 14 Agu 2020 07:40 WIB
Harga minyak mentah dunia melemah usai rilis IEA yang memproyeksi penurunan permintaan minyak sebesar 8,1 juta bph di sepanjang tahun ini.
Harga minyak mentah dunia melemah usai rilis IEA yang memproyeksi penurunan permintaan minyak sebesar 8,1 juta bph di sepanjang tahun ini. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Agus Triyono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak mentah dunia melemah pada perdagangan Jumat (14/8) setelah Badan Energi Internasional (IEA) merilis proyeksi permintaan minyak sepanjang tahun ini.

Dalam proyeksi IEA, konsumsi minyak disebut masih akan lesu akibat pembatasan perjalanan dan terpuruknya industri penerbangan.

Mengutip Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun 47 sen atau 1 persen menjadi US$44,96 per barel di London ICE Futures Exchange.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September melemah 43 sen atau 1 persen menjadi US$42,24 per barel di New York Mercantile Exchange.
 
IEA memperkirakan permintaan minyak turun sebesar 8,1 juta barel per hari (bph) secara tahunan sepanjang 2020.

Secara keseluruhan, IEA memangkas proyeksi permintaan minyak global sepanjang tahun ini menjadi hanya 91,9 juta bph. Prediksi tersebut menjadi penurunan pertama dalam beberapa bulan terakhir.

IEA memperkirakan permintaan baru akan pulih pada 2021 mendatang. Permintaan minyak diperkirakan naik menjadi 97,1 juta bph. Pun demikian, proyeksi itu masih lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

Sementara, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyebut bahwa permintaan minyak dunia bakal melandai 9,06 juta bph tahun ini. Perkiraan ini lebih dalam dari bulan sebelumnya, yaitu 8,95 juta bph.
 
"Secara keseluruhan, baik OPEC atau IEA, tampaknya tidak banyak berpengaruh pada pasar minyak yang masih fokus pada ekspansi yang sedang berlangsung dalam risk appetite yang tetap tidak terpengaruh oleh kurangnya kemajuan dalam merumuskan kesepakatan stimulus AS yang layak," ucap Analis Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch. 

[Gambas:Video CNN]



(wel/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER