Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu memprediksi perekonomian pada kuartal III dan IV tahun ini hanya akan ditopang oleh belanja pemerintah.
Pasalnya, komponen pengeluaran seperti konsumsi rumah tangga hingga investasi diprediksi akan mengalami pertumbuhan negatif.
"Yang bisa positif sampai akhir tahun itu memang satu-satunya mungkin hanya pengeluaran pemerintah sehingga pengeluaran pemerintah harus benar-benar digenjot seefektif mungkin untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga dan keempat," ujarnya dalam Taklimat Media, Rabu (19/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Febrio, jika pada kuartal III dan IV belanja pemerintah tak menunjukkan perubahan, maka dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini akan berada di teritori negatif.
Kemenkeu sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 minus 1,1 persen hingga 0,2 dengan mempertimbangkan laju pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 yang terkontraksi sebesar minus 5,32 persen.
"Proyeksi 2020, kami revisi setelah kuartal II, sekarang proyeksi kami minus 1,1 persen hingga 0,2 persen," ucap Febrio.
Untuk mempercepat penyaluran belanja pemerintah, tutur Febrio, pemerintah telah memutuskan merelaksasi aturan pengadaan barang dan jasa yang hingga saat ini dianggap masih menghambat serapan anggaran.
Kendati demikian menurutnya beberapa kementerian sudah cukup ekspansif dalam melakukan penyerapan anggaran yang punya multiplier effect cukup besar kepada masyarakat. Salah satunya adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan program-program padat karyanya.
Di samping itu relokasi insentif usaha yang penyerapannya kurang optimal juga akan dilakukan besar-besaran. Salah satunya adalah anggaran untuk insentif tenaga kesehatan.
"Dari evaluasi kami minggu ke minggu kami lihat mana yang jalan dan tidak. Penyerapan yang cepat harus diutamakan agar pemanfaatannya optimal. Meski demikian ada masalah mengenai data yang belum optimal," jelas dia.