Pedagang Pasar Induk Rau (PIR) Kota Serang, Banten, mengeluhkan tergerusnya omzet di tengah pandemi virus corona. Turunnya pendapatan tak lepas dari sepinya konsumen, terlebih saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dimulai sejak 10 September 2020 hingga dua pekan lamanya.
Keluhan itu salah satunya diungkapkan Amir (24), seorang pedagang pakaian sekolah. Amir yang baru saja menikah dengan istrinya, sudah berjualan seragam sekolah mulai SD hingga SMA selama empat tahun.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini, ia tidak bisa meraup untung besar saat tahun ajaran baru. Pasalnya, pemerintah menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring demi mencegah penyebaran virus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau tahun ajaran baru normal bisa jual 100 potong sehari. Sekarang kurang dari 50 potong juga susah jualannya. Sekarang sehari dua potong juga susah," kata Amir saat ditemui CNNIndonesia di PIR blok C-07, Kota Serang, Kamis (17/09).
Amir pun berusaha mengubah strategi. Ia mulai merambah penjualan secara online. Produk yang ditawarkannya pun makin beragam yaitu sarung kasur, bantal, dan guling. Namun, strategi itu belum berhasil mendongkrak penjualannya.
"Udah jualan online juga, tapi enggak bisa juga. Harapannya segera membaik musibah ini, vaksinya juga cepat ketemu bisa kita bisa usaha lancar," ujarnya.
Penjual beras medium hingga premium Hasballah (48) juga mengeluhkan hal yang sama. Dalam kondisi normal, Hasballah mampu menjual hingga 3 ton beras dalam sehari di toko nya, di Blok I nomor 1, PIR Kota Serang.
Kini, dia mengaku berasnya hanya laku 800 kilogram (Kg) saja per hari di tengah pasokan yang cukup dan harga yang stabil. Untuk beras medium ia membanderol mulai dari Rp 9 ribu per Kg. Sedangkan beras premium seharga Rp 12.500 per Kg.
"Sepinya karena kondisi lingkungan pasar yang amburadul, ditambah corona. Itu yang paling mempengaruhi pedagang kios," kata Hasballah.
Ia juga tidak kecipratan untung saat Pemerintah Kota Serang membagikan paket sembako ke warga. Pasalnya, ia menduga sembako yang dibagikan tidak dibeli dari pedagang kios, melakukan dari pengusaha besar.
Keluhan serupa juga dilontarkan oleh sepasang suami istri pedagang sayur mayur, sembako dan bumbu dapur. Saat ditemui di lapak dagangannya, sang Suami, Uci (50) sedang tertidur. Istrinya, Aminah (45), sedang mengupas kulit bawang merah yang sudah mengering.
"Harga biasa, yang beli sepi. Kurang pengunjungnya, (penjualan) turunnya 90 persen, enggak ada orang. Hari ini belum ada yang belanja. Pasokan banyak, stabil. Cuman orang nya enggak ada, orang yang beli," kata Aminah.
Aminah pun berharap keadaan kembali seperti masa sebelum pandemi. Dalam kondisi normal, pasar itu selalu ramai. Tak hanya berasal dari Kota Serang, pembeli juga datang dari Kota Cilegon, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang.