Mining Industry Indonesia (MIND ID), holding BUMN tambang, mencatat realisasi belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan pelat merah mencapai Rp12,9 triliun dari 2015 sampai Agustus 2020.
Penggunaan capex tetap berjalan pada tahun ini, meski tertekan pandemi virus corona atau covid-19.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak merinci capex induk holding tambang termasuk Inalum sebesar Rp1,07 triliun dari 2015 sampai Agustus 2020. Sementara, capex Antam mencapai Rp6,1 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, capex Bukit Asam Rp5,5 triliun dan Timah Rp210 miliar pada periode yang sama. Proyeksinya, capex keempat perusahaan akan meningkat jadi Rp37 triliun pada 2022.
"Capex kami tetap jalan, meski memang eksekusi secara fisik itu agak terganggu karena beberapa proyek tidak ada tenaga kerjanya, misalnya khusus yang dari China dan proyeknya Proyek Strategis Nasional," tutur Orias saat rapat bersama Komisi VI DPR, Selasa (29/9).
Capex digunakan masing-masing perusahaan pelat merah untuk proyek utama mereka. Proyek utama di Inalum, yakni peningkatan teknologi tungku reduksi di Kuala Tanjung, Sumatera Utara dengan nilai investasi US$126 juta atau setara Rp1,87 triliun (kurs Rp14.850 per dolar AS) selama dua tahun.
Proyek utama Antam, yaitu pembangunan pabrik peleburan ferronikel di Tanjung Buli, Halmahera Timur dengan investasi Rp4,03 triliun selama setahun ke depan.
Sementara, proyek utama Bukit Asam, yakni pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang di Muara Enim, Sumatera Selatan dengan investasi US$1,68 miliar atau Rp24,94 triliun sampai 2022.
Selanjutnya, proyek utama Timah adalah pembangunan smelter tin ausmelt di Muntok, Bangka Barat dengan investasi US$80 juta atau Rp1,18 triliun sampai 2021.
Sedangkan PT Freeport Indonesia, yang sebagian sahamnya dimiliki Inalum memiliki proyek utama smelter tembaga di Gresik, Jawa Timur, dengan investasi US$3 miliar atau Rp44,55 triliun sampai 2023.
Dari belanja modal tersebut, realisasi laba/rugi sementara per Juni 2020 masih mencatat keuntungan. Inalum tercatat masih mengantongi laba Rp103 miliar dari Januari-Juni 2020. Namun, keuntungan yang didapat tak sampai separuh dari Januari-Juni 2019 sebesar Rp257 miliar.
Total aset perusahaan berada di kisaran Rp31,55 triliun dengan ekuitas Rp29,75 triliun dan liabilitas atau utang Rp1,8 triliun. Utang terdiri dari jangka pendek Rp1,21 triliun dan jangka panjang Rp585 miliar.
Lalu, Antam juga masih membukukan laba sebesar Rp85 miliar per Juni 2020. Namun, sama halnya dengan Inalum, jumlahnya turun dibandingkan tahun lalu mencapai Rp428 miliar.
Total aset Antam mencapai Rp30,03 triliun dengan ekuitas Rp18,1 triliun dan utang Rp11,93 triliun. Utang jangka pendek Rp4,45 triliun dan jangka panjang Rp7,47 triliun.
Kemudian, Timah mencatat rugi Rp390 miliar atau berbanding terbalik dari tahun lalu yang masih mengantongi laba Rp205 miliar. Total aset Rp18,39 triliun dengan ekuitas Rp4,81 triliun dan utang Rp13,58 triliun. Terdiri dari utang jangka pendek Rp9,91 triliun dan jangka panjang Rp3,66 triliun.
Sementara Bukit Asam belum menyelesaikan laporan keuangan mereka per Juni 2020. Di sisi lain, Freeport mencatatkan laba US$94 juta atau setara Rp1,39 triliun per Juni 2020.