Ekonom sekaligus Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro menilai Indonesia bisa memulihkan ekonomi lebih cepat bila pemulihan ekonomi dunia dipimpin oleh kawasan Asia, khususnya China. Sebab, Negeri Tirai Bambu merupakan salah satu mitra dagang utama bagi Indonesia.
Ari mengatakan China akan memimpin pemulihan ekonomi dunia karena saat ini menjadi salah satu negara yang mampu membalikkan kontraksi ekonomi dengan sangat cepat.
Ekonomi China sempat jatuh ke minus 6,8 persen pada kuartal I 2020 akibat pandemi corona atau covid-19 yang bermula dari Wuhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, hanya butuh satu kuartal, ekonomi negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu mampu 'putar arah' jadi positif 3,2 persen pada kuartal II 2020.
Bahkan, China berhasil melanjutkan pertumbuhan di zona positif menjadi 4,9 persen pada kuartal III 2020 ketika negara-negara lain melangkah masuk jurang resesi, tak terkecuali Indonesia.
"Jadi kalau dilihat pola pemulihan itu akan dipimpin oleh Asia, China, China sudah 3,2 persen, dan ini salah satu keuntungan bagi Indonesia karena partner dagang utamanya adalah China," ujarnya di diskusi virtual yang diadakan oleh IDX Channel, Kamis (19/11) malam.
Keuntungan ini, lanjut Ari, akan terasa dari sisi ekspor di mana saat ini pun dinilai sudah mulai terasa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia paling tinggi ke China, yaitu mencapai US$23,29 miliar dari Januari-Oktober 2020.
Bahkan, nilai ekspor ke China tumbuh 10,01 persen dari sebelumnya US$21,17 miliar pada Januari-Oktober 2019. Ekspor ke China tetap tumbuh ketika penjualan produk nasional ke negara-negara lain turun, misalnya ke Thailand minus 21,16 persen, Malaysia minus 16,69 persen, India minus 15,64 persen, dan lainnya.
"Akan ada efek multiplier, angka terbang, jadi akan terbawa, terutama karena ekspor," imbuhnya.
Di sisi lain, Ari bilang Indonesia masih bisa 'nebeng' China karena kemungkinan perang dagang AS-China akan kembali berlanjut, meski Negeri Paman Sam bakal dipimpin oleh presiden baru, Joe Biden. Namun lagi-lagi, Ari melihat ini bisa menjadi keuntungan bagi Indonesia.
"Dengan terpilihnya Joe Biden, perang dagang akan masih ada dan ini efeknya ke rantai pasokan dan Indonesia bisa mendapat keuntungan. Jadi akan ada dua super power, gajah sama gajah berkelahi, tapi pelanduk cerdik di tengah-tengah bisa ambil keuntungan," tuturnya.
Menurut Ari, keuntungan itu akan berwujud peningkatan aliran modal asing ke Indonesia. Sebab, ketika AS-China 'berantem', maka aliran modal akan keluar dari masing-masing negara dan butuh suaka baru, seperti negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Ini peluang, karena kalau semua ditaruh di Vietnam, mereka khawatir juga, untung kita ada omnibus law jadi pembicaraan soal ada pabrik baterai di Batang dan lainnya," tandasnya.