Kementerian Pertanian mencatat terjadi defisit gula sebesar 3,62 juta ton per tahun. Defisit disebabkan oleh tidak berimbangnya produksi dalam negeri dan kebutuhan konsumsi.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut produksi gula per tahun hanya sebesar 2,18 juta ton. Sedangkan, kebutuhan konsumsi sebesar 5,8 juta ton. Walhasil, defisit pun ditutup dari impor.
"Kebutuhan dasar kita masih sangat besar, dari data yang ada, importasi khusus untuk konsumsi saja masih 600-an ribu ton," ujarnya pada National Sugar Summit 2020, Selasa (24/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Pemerintah Target Swasembada Gula pada 2023 |
Dalam menjawab tantangan ini, Syahrul menyebut tak ada solusi praktis. Impor akan berusaha ditekan secara bertahap.
Mulai 2020 hingga 2023, ia menyebut Kementan akan bekerja sama dengan lintas Kementerian, BUMN, maupun swasta untuk dapat memenuhi kebutuhan gula pasir.
Targetnya, pada 2023 mendatang Indonesia akan swasembada gula dengan tambahan produksi sebesar 676 ribu ton gula. Untuk memenuhi target ini akan dilakukan perbaikan dalam dua sisi, yakni budidaya dan hilirisasi atau pembangunan industri gula.
Syahrul mengaku membuka diri bagi investor yang tertarik untuk membangun pabrik gula di Indonesia. Ia ingin mitra kerja pemerintah tak hanya BUMN, namun juga swasta.
Ia bilang telah menyiapkan area lahan tebu sebesar 250 ribu hektare (Ha), baik untuk intensifikasi maupun ektensifikasi.
"Saya akan mengakselerasi kesiapan gula konsumsi, kalau sudah terpenuhi dalam waktu singkat, maka bisa mengejar gula industri yang selama ini importasinya sangat besar," tutupnya.