Aktivitas pabrik sejumlah negara di kawasan Asia seperti Jepang, Korea Selatan hingga Taiwan mulai menggeliat berkat permintaan dari China. Namun, lockdown di sejumlah daerah membuat prospek pemulihan masih suram.
Meski demikian, untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir, output Purchasing Managers Index (PMI) Jepang berada di level stabil. PMI terakhir berada di posisi 50,0 pada Desember, naik dari bulan sebelumnya di posisi 49,0.
Kenaikan tersebut mengakhiri rekor penurunan dalam 19 bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Produsen Jepang mengisyaratkan stabilisasi di akhir tahun yang penuh gejolak," kata Usamah Bhatti, ekonom di IHS Markit, dikutip dari Reuters, Senin (1/4).
Tak hanya Jepang, India juga mengakhiri 2020 dengan catatan gemilang karena produsen meningkatkan produksi sejalan dengan permintaan yang meningkat. Di sisi lain, walau aktivitas manufaktur tumbuh lambat, namun pasar modal di sejumlah negara mulai tumbuh pesat.
Tercatat, indeks Nikkei Jepang menutup 2020 dengan peningkatan 66 persen dari level terendah tahun ini pada Maret lalu. Tak hanya di Asia, pasar modal di Amerika Serikat pun tercatat meningkat. Tercatat indeks S&P 500 naik lebih dari 16 persen tahun lalu.
Kepala ekonom Totan Research Tokyo Izuru Kato berpandangan ada perbedaan besar antara keadaan ekonomi yang suram dan pasar saham yang membesar. Berbeda dengan manufaktur, lonjakan pada pasar modal disebabkan sentimen investor atas skenario terbaik di mana vaksin akan membantu mengatasi pandemi tahun ini.
"Harga aset sudah bisa mengalami bubble. Tapi untuk saat ini, investor tidak punya banyak pilihan selain mengikuti arus," tegasnya.