Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia (LKPU FH UI) menilai rencana merger Gojek dan Tokopedia tidak akan memicu praktik monopoli. Pasalnya, kedua perusahaan bergerak di bidang usaha yang berbeda, Gojek di marketplace jasa dan Tokopedia di marketplace barang.
"Karena tidak ada pengaruhnya, maka aksi merger itu pun tidak akan pengaruh ke konsentrasi pasar dari masing-masing entitas akibat dari merger tersebut," ujar Direktur Eksekutif LKPU FH UI Ditha Wiradiputra dalam keterangan tertulis yang dikutip Antara, Rabu (17/2).
Sebelumnya, Gojek sempat dikabarkan akan melakukan merger senilai Rp254,1 triliun (US$18 miliar) dengan Tokopedia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apabila hasil merger keduanya melantai di bursa saham, valuasi bisnisnya diperkirakan mencapai US$35 miliar hingga US$40 miliar atau lebih dari Rp560 triliun (kurs Rp 14.000).
Ditha mengungkapkan aksi merger baru akan menimbulkan masalah jika merger itu melibatkan entitas dari bidang bisnis yang sama, misalnya Gojek dengan Grab atau Tokopedia dengan Shopee.
Jika hal itu terjadi, tidak menutup kemungkinan akan memicu konsentrasi pasar. Dengan kekuatan pasar yang besar, perusahaan bisa seenaknya memainkan harga dan bisa merugikan konsumen.
Berdasarkan kajian LKPU FH UI, merger kedua perusahaan juga tidak menghasilkan integrasi vertikal atau monopoli vertikal, karena model bisnis Gojek dan Tokopedia adalah ekosistem terbuka yang justru strateginya adalah membuka kesempatan seluas-luasnya untuk kerja sama dengan banyak pihak guna mencapai skalabilitas.
Hal tersebut salah satunya diwujudkan dengan menerima banyak opsi pembayaran dan pengiriman pada masing-masing platform. Kekhawatiran akan integrasi vertikal yang mana terjadi penguasaan produksi jasa dan barang dinilai tidak akan terjadi karena sifat kedua platform dari awal berdiri adalah tidak eksklusif.
Menurut Ditha, merger yang dilakukan atas dasar efisiensi pada dasarnya membawa manfaat baru seperti nilai baru atau nilai tambah, baik untuk konsumen maupun pelaku usaha, sekaligus mewujudkan efisiensi di pasar secara keseluruhan. Hal itu justru harus disambut baik sebagai wujud pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.
"Biaya operasional bisa saja berkurang, dan akhirnya itu akan memangkas biaya produksi kedua perusahaan, sehingga dapat berdampak positif pada output yang bisa dihasilkan," ujar Ditha.
Sebagai informasi, baik Gojek dan Tokopedia irit bicara sejak rencana merger keduanya mengemuka beberapa waktu lalu.
"(Saya tidak berkomentar pada isu) spekulasi merger," jelas CEO Gojek Kevin Aluwipada acara Squawk Box Asia yang masuk dalam agenda pertemuan ekonomi Davos Januari lalu.